seperti biasanya balqiz menjemput alifah di sekolah, karena memang waktu pulang balqiz lebih cepat 1 jam dari waktu pulang alifah. sambil menunggu biasanya balqiz bermain di playground sekolah. saat kelas alifah sedang berbaris menuju pintu gerbang, bunda dan balqiz pun beranjak dari playground menuju gerbang sekolah.
setelah alifah keluar, beranjaklah kita menuju mobil. saat itu balqiz tidak mau berjalan, dia mengkaitkan kakinya ke kaki bunda. bunda tetap memaksa balqiz untuk berjalan, tidak mau menggendongnya, sekaligus berkata agak keras 'balqiz jalan!'. kita tetap berjalan menuju mobil walau diiringi dengan rengekan balqiz.
sebuah komen terlontar dari seorang 'eyang' yang menjemput cucunya;
'kenapa?'
'tidak mau jalan'
'ya sudah digendong saja. kasian kan udah gak liat masih juga dipaksa buat jalan sendiri'
dengan tidak memerdulikan komen tersebut, bunda tetap memaksa balqiz berjalan menuju mobil, toh jaraknya juga tidak jauh hanya sekitar 5 meteran.
setelah alifah keluar, beranjaklah kita menuju mobil. saat itu balqiz tidak mau berjalan, dia mengkaitkan kakinya ke kaki bunda. bunda tetap memaksa balqiz untuk berjalan, tidak mau menggendongnya, sekaligus berkata agak keras 'balqiz jalan!'. kita tetap berjalan menuju mobil walau diiringi dengan rengekan balqiz.
sebuah komen terlontar dari seorang 'eyang' yang menjemput cucunya;
'kenapa?'
'tidak mau jalan'
'ya sudah digendong saja. kasian kan udah gak liat masih juga dipaksa buat jalan sendiri'
dengan tidak memerdulikan komen tersebut, bunda tetap memaksa balqiz berjalan menuju mobil, toh jaraknya juga tidak jauh hanya sekitar 5 meteran.
melihat video diatas, dimana balqiz berjalan dari arah rumah ke rumah titi (neneknya) yang hanya berjarak 1 blok saja. bunda katakan bahwa 'proses berjalan' itu tidak terjadi dengan sendirinya!!! melainkan penuh dengan kerja keras, penuh dengan tangisan, rengekan, penuh dengan protes dan mungkin sebenarnya buat orang yang menyaksikannya sudah pasti pengen nyambit bunda pake batu segede gaban barangkali!!! dan waktu yang tidak bisa dibilang sebentar; 1 tahun!!! selama masa belajar berjalan itu, tidak terhitung balqiz menangis dan kemudian berlanjut dengan guling-guling dijalanan karena tidak mau berjalan.
tidak hanya dirumah saja, proses balqiz mau berjalan dari kelasnya menuju mobil tanpa digendong pun memakan waktu hampir 2 semester lamanya. juga penuh tangisan, rengekan, an berguling guling di halaman sekolah.
mungkin 'sang eyang' tadi juga berkeinginan yang sama, pengen nyambit bunda.
asal tahu saja,... sebenarnya bunda harus berperang batin. menebalkan tekad, menebalkan 'urat tega', membangun tembok yang sangat tebal dan kokoh untuk bisa tidak menangis!!!!! kalau nurutin hati, apa sih susahnya tinggal angkat anaknya dan gendong, masuk mobil, beres! tetapiiiiiiiii sampai kapan seperti itu??? jadi sebenarnya, jika yang terlihat bahwa bunda 'kejam' dengan membiarkan sang anak menangis, merengek, bahkan sampai berguling-guling dijalanan..... dalam hati bunda 'menangis' dan ingin segera menyudahi dengan menggendong dan memeluknya. tetapi, bukan seperti itu sebuah 'pembelajaran'.
sebagai ibunya, aku tahu kapan balqiz bersikap manja, dan kapan dia dalam kondisi 'panik'. kondisi siang tadi adalah sikap manja balqiz yang keluar, itulah sebabnya aku tetap memaksa balqiz untuk berjalan, berbeda jika memang balqiz dalam kondisi 'panik' tentunya aku akan memproteksinya.
negara tercinta kita, hingga saat ini, belum 'ramah' terhadap disable/ difable/ ABK/ orang cacat/ apapun istilahnya.... 'dunia diluar sana' masih teramat kejam. jika balqiz tidak kuat mentalnya, dan selalu bergantung kepada orang lain, sampai kapanpun dia tidak akan bisa mandiri dan maju. sementara tempaan diluar sana teramat keras dan 'kejam'. itu poin 1.
kemudian, sampai kapan bunda bisa terus mendampingi balqiz?? umur bunda adalah rahasia besar Allah SWT, kapanpun bunda bisa meninggal, mati! dan jika bunda tidak mempersiapkan balqiz dengan baik selama bunda masih hidup, selama bunda masih diberi umur,... sampai kapanpun balqiz tidak akan siap. pada saatnya bunda mati, ya otomatis balqiz pun akan mati separo hidupnya. dan bunda tidak ingin itu terjadi, poin 2.
oke, balqiz memang punya saudara kembarnya, alifah. tetapi sama dengan kondisi bunda.... sampai kapan alifah bisa terus mendampingi balqiz?? alifah pun pada waktunya nanti akan mempunyai kehidupan sendiri, sehingga janganlah nantinya balqiz menjadi 'beban' bagi alifah kelak, lantas alifah sendiri pun juga mempunyai umur yang terbatas pula.
intinya, tujuannya adalah, kemandirian balqiz. dan itu melalui sebuah proses yang panjang serta tidak mudah.
dan bunda juga tahu, kapan saatnya memeluk dan menyayang anak.... meluluskan segala kemanjaan mereka. bisa dipercaya memiliki mereka adalah sebuah hal yang termata istimewa buat bunda, terlebih mengingat perjalanan panjang untuk bisa memiliki mereka.
tidak hanya dirumah saja, proses balqiz mau berjalan dari kelasnya menuju mobil tanpa digendong pun memakan waktu hampir 2 semester lamanya. juga penuh tangisan, rengekan, an berguling guling di halaman sekolah.
mungkin 'sang eyang' tadi juga berkeinginan yang sama, pengen nyambit bunda.
asal tahu saja,... sebenarnya bunda harus berperang batin. menebalkan tekad, menebalkan 'urat tega', membangun tembok yang sangat tebal dan kokoh untuk bisa tidak menangis!!!!! kalau nurutin hati, apa sih susahnya tinggal angkat anaknya dan gendong, masuk mobil, beres! tetapiiiiiiiii sampai kapan seperti itu??? jadi sebenarnya, jika yang terlihat bahwa bunda 'kejam' dengan membiarkan sang anak menangis, merengek, bahkan sampai berguling-guling dijalanan..... dalam hati bunda 'menangis' dan ingin segera menyudahi dengan menggendong dan memeluknya. tetapi, bukan seperti itu sebuah 'pembelajaran'.
sebagai ibunya, aku tahu kapan balqiz bersikap manja, dan kapan dia dalam kondisi 'panik'. kondisi siang tadi adalah sikap manja balqiz yang keluar, itulah sebabnya aku tetap memaksa balqiz untuk berjalan, berbeda jika memang balqiz dalam kondisi 'panik' tentunya aku akan memproteksinya.
negara tercinta kita, hingga saat ini, belum 'ramah' terhadap disable/ difable/ ABK/ orang cacat/ apapun istilahnya.... 'dunia diluar sana' masih teramat kejam. jika balqiz tidak kuat mentalnya, dan selalu bergantung kepada orang lain, sampai kapanpun dia tidak akan bisa mandiri dan maju. sementara tempaan diluar sana teramat keras dan 'kejam'. itu poin 1.
kemudian, sampai kapan bunda bisa terus mendampingi balqiz?? umur bunda adalah rahasia besar Allah SWT, kapanpun bunda bisa meninggal, mati! dan jika bunda tidak mempersiapkan balqiz dengan baik selama bunda masih hidup, selama bunda masih diberi umur,... sampai kapanpun balqiz tidak akan siap. pada saatnya bunda mati, ya otomatis balqiz pun akan mati separo hidupnya. dan bunda tidak ingin itu terjadi, poin 2.
oke, balqiz memang punya saudara kembarnya, alifah. tetapi sama dengan kondisi bunda.... sampai kapan alifah bisa terus mendampingi balqiz?? alifah pun pada waktunya nanti akan mempunyai kehidupan sendiri, sehingga janganlah nantinya balqiz menjadi 'beban' bagi alifah kelak, lantas alifah sendiri pun juga mempunyai umur yang terbatas pula.
intinya, tujuannya adalah, kemandirian balqiz. dan itu melalui sebuah proses yang panjang serta tidak mudah.
dan bunda juga tahu, kapan saatnya memeluk dan menyayang anak.... meluluskan segala kemanjaan mereka. bisa dipercaya memiliki mereka adalah sebuah hal yang termata istimewa buat bunda, terlebih mengingat perjalanan panjang untuk bisa memiliki mereka.