Kamis, 20 Desember 2012

Mimpi inklusi bersekolah



Alhamdulillah Balqiz sudah menjalani satu semester di kelas 1 sd SLB A Negeri Pembina – Lebak Bulus. sampai sejauh ini bersyukur sekali Balqiz masih bisa mengikuti semua pelajaran dengan baik serta hasil yang memuaskan.

Jika membandingkan dengan materi yang dipelajari oleh Alifah,  masih berimbang. Karena mereka berdua menggunakan kurikulum yang sama sehingga cukup mudah buat panduan kesetaraan materi. 



Dari sisi kemampuan, bunda tidak mau membandingkan satu sama lainnya, karena mereka masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda dalam menerima pelajaran serta memiliki ketertarikan sendiri dalam bidang yang disukai, masing-masing punya talenta yang unik.


Satu mimpi yang masih harus dirintis, dipersiapkan dengan matang, serta perlu kerja keras untuk bisa mewujudkan maupun saat menjalaninya kelak. Yakni mimpi inklusi bersekolah.

Banyak yang menyarankan agar sesegera mungkin Balqiz berinklusi sekolah. Bahkan begitu tahu bahwa Balqiz melanjutkan pendidikan dasarnya di SLB setelah lulus TK Pelayanan Dini di Rawinala banyak pihak yang menyayangkan. Kok SLB sih!!! 
 
Ya gak ada yang salah kok dengan SLB. Justru jika memanfaatkan waktu serta benar-benar ‘menimba’ ilmu bagi bunda *penilaian sepihak* justru akan menjadikan dasar yang kuat bagi anak untuk melanjutkan berinklusi sekolah. Tapiiiii memang harus diwaspadai memang dan sudah banyak kasus  terjadi memang berada di SLB akan menjadikan ‘comfort zone’ baik bagi si anak maupun orangtua.

Buat bunda *harapan bunda*, SLB adalah sebuah batu loncatan untuk mempersiapkan diri Balqiz menjalani inklusi bersekolah kelak. Kalau ada yang mengkuatirkan kelamaan berada di ‘comfort zone’,… jiaaaaaaaaaaa kalo mau ngbelain ‘comfort zone’ ngapain bunda bersusah susah mempersiapkan Balqiz serta memindahkannya dari Rawinala.

Inklusi bersekolah masih tetap menjadi mimpi bunda bagi Balqiz. Dan sedang bekerja keras mempersiapkan serta menjalin banyak relasi serta peluang untuk mewujudkannya. Besar harapan bunda tidak terlalu lama menunggu kesempatan tersebut.

Apa aja sih persiapannya? Yang penting kan lancar baca tulis hitung. Ya!! Itu sudah syarat utama yang mutlak harus dipenuhi. Alhamdulillah, Balqiz sudah memiliki kemampuan dasar lancar baca tulis hitung dalam Braille.
Dari sisi materi belajar, hingga saat ini Balqiz masih bisa mengikuti dan mampu untuk mengambil ‘telaah’ dari pelajaran.

So,………… apalagi!! Udah dong gak ada hambatan lain kalo gitu ^_*. Jika yang menilai para praktisi pendidikan, praktisi inklusi, yang belum mengenal hari-hari Balqiz pasti begitu komentarnya.

Tapi masih ada hal lain yang harus dipersiapkan dengan matang, dan buat bunda itu merupakan syarat utama malahan. Yaitu persiapan mental Balqiz. Buat bunda itu yang gak bisa ‘main-main’ dalam mempersiapkannya. Karena tidak hanya dia bisa dan supel bersosialisasi berinteraksi dengan teman, guru, dan orang-orang sekitar. Namun juga ketangguhannya dalam menghadapi berbagai reaksi, kondisi tiba-tiba, perlakuan terhadap dirinya, kemampuan memecahkan masalah, dan situasi sejenis.

Bunda menilai, untuk saat ini Balqiz masih belum siap! 

Ya, kalau untuk berinteraksi dengan orang baru/ lingkungan baru, Balqiz sudah mempunyai kemampuan bahkan dia seringkali yang mempunyai inisiatif untuk menyapa duluan, memperkenalkan dirinya duluan. Namun yang masih harus diasah pada diri Balqiz juga masih cukup banyak.

Contoh kecil saja, Balqiz masih sensitif dengan suara keras yang keluar dari pelantang suara. Hal tersebut bisa tiba-tiba menciutkan nyalinya dan memicu kondisi tantrum jika ‘salah’ mengantisipasinya. 

Bunda tidak mau ‘asal’ nyemplungin Balqiz berinklusi sekolah tanpa persiapan yang baik dan matang. Agar jikalau terjadi kendala,… kendala itu bukanlah hal yang besar.

Tapiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii kembali harus diingat ya. Ini adalah kasus pada Balqiz. Jadi bagi teman-teman orangtua ABK lainnya, yang sudah yakin akan kemampuan diri anak, janganlah tulisan ini kemudian menjadi ‘batu sandungan’ untuk meneruskan langkah meng-inklusi-kan anaknya dalam waktu dekat.

Kemudian, idealnya inklusi bersekolah adalah sekolah yang dekat dari tempat tinggal. Dan hingga saat ini bunda belum menemukannya. Sekolah Dasar inklusi terdekat dari kediaman bunda adalah SDN 24 Kramat Jati. Itupun bagi bunda masih terhitung ‘jauh’ dari rumah. 

Sehingga saat ini bunda masih menjajaki dan bergerilya di sekolah-sekolah di seputaran Pondok Gede yang mungkin bisa menerima siswa inklusi. Salah satu sasaran gerilya bunda, adalah tempat dimana Alifah bersekolah.

Memang belum secara formal dijajaki. Bunda baru mengajak Balqiz bersosialisasi. Reaksi yang diperoleh macam-macam. Dari guru kelas Alifah Alhamdulillah ‘tidak’ belum ada penolakan. Bisa berkomunikasi dengan baik, penerimaan yang baik atas kehadiran Balqiz di kelas. 

Dari teman-teman sekelas Alifah, bermacam-macam reaksi yang timbul. Ada yang langsung mau menyapa dan bisa ngobrol langsung dengan Balqiz. Ada yang hanya memandang dari jauh. Ada yang membuntutin kemana Balqiz melangkah tanpa berkata-kata, ada yang menggodanya, ada yang terang-terangan hingga menundukkan kepalanya agar bisa dengan jelas menatap mata Balqiz dan meyakinkan dirinya bahwa memang Balqiz tunanetra. Ada juga yang langsung lari menghindar dan ada yang hanya menampilkan raut wajah serta tatapan mata yang berbicara banyak.



Nah… reaksi-reaksi tersebut merupakan sebuah uji mental!!! Baik uji mental bagi Balqiz dan juga uji mental bagi bunda. Tekanan efek uji mental tersebut harus diakui, lebih besar pada uji mental bunda. Dan baik bunda maupun Balqiz tidak akan bisa mencegah adanya berbagai reaksi tersebut. Yang bisa dilakukan adalah ‘belajar mengantisipasi’ reaksi reaksi tersebut.

Bagaimana belajarnya? Ya otomatis harus sering-sering ‘meninjau’ ke lapangan sebelum benar-benar terjun.
Untuk mencapainya, bunda juga harus bekerja sama dengan banyak pihak. Mulai dari sekolah asal, sekolah tujuan, LSM pendukung, GPK, komite sekolah, dan lain-lain. Jalinan kerja sama tersebut bukan hal yang mudah dijalani jika persiapan intern bunda masih belum siap. Tapi bukan berarti memanjakan diri berlama-lama berada di 'comfort zone' dengan memberikan alasan bahwa 'belum siap'.

Sahabat, bantu kami dalam doa dan dukungan agar satu hari kelak, mimpi kami terwujud. Entah besok, entah tahun depan, entah 2 tahun lagi atau 10 tahun lagi, tapi yang pasti kami, bunda dan balqiz, akan terus melangkah dan berusaha keras mencapainya. Amin. Terimakasih 



Selasa, 06 November 2012

balqiz vs tatto










proses pembelajaran bersama balqiz, selalu mengupayakan 'sesuatu yang real'. beberapa waktu lalu saat bunda 'plesiran' ke Bali bersama teman-teman dimana bunda sempat 'di-tatto' merasa agak kesulitan juga menjelaskan proses 'tatto' tersebut. terlebih berhadapan dengan balqiz yang kian hari semakin kritis dalam menanggapi berbagai cerita/ informasi yang diperoleh.

baru ngeh, saat jalan-jalan di moll depan komplek ternyata ada booth 'tatto' di dekat gramedia. jadilah kesempatan itu bunda tawarkan ke balqiz apakah dia mau di-tatto. dan ternyata rasa penasaran yang dahulu masih lekat dalam ingatannya jadilah serta merta dia mau menerima tawaran tersebut.

jadilah balqiz di-tatto. tatto dengan menggunakan bahan alami henna. rasa penasaran balqiz berbuah bombardir interview balqiz kepada 'om remmo' juru tatto. bersyukur si om dengan senang hati meladeni berbagai pertanyaan balqiz dan menjawabnya dengan baik.

balqiz terlihat senang dan antusias menjalani proses tatto dan puas dengan obrolannya bersama om remmo. dan yang membuat bunda surprise adalah om remmo tidak mau dibayar atas jasanya tersebut. whuaaaa terimakasih ya omm... semoga berkah buat kita semua!!!

dan... seminggu ini bunda disibukkan oleh pertanyaan 'ibuk!! tatto adek dah terkelupas belum? ini sudah hari keberapa?' hahahahahaha,... karena menurut om remmo tatto akan berangsur hilang dalam waktu seminggu hingga 10harian.

Rabu, 23 Mei 2012

Belajar berhenti berkata ‘maaf’


Jika melihat judul diatas tentunya akan mengernyitkan dahi. Bukankah kata ‘maaf’ adalah kata yang masuk di dalam ‘magic word’ yang juga sebaiknya diajarkan kepada anak, termasuk anak berkebutuhan khusus sekalipun.

Note ini terinspirasi sebuah status dari seorang ‘sahabat’, hehehehehehe lagi-lagi inspirasinya dari ‘status’ yak!! Yaaaa, pembelaannya adalah bahwa inspirasi menulis bisa darimana saja termasuk dari sebuah ‘status’.

Membawa ABK berada diluar lingkungan rumah, berada di area public merupakan sebuah tantangan dan uji mental tersendiri. Bukan hanya bagi orangtuanya yang membawa serta ABK-nya namun juga bagi sang ABK itu sendiri. Dalam berbagai situasi dan kondisi di luar lingkungan yang biasa melingkupi sang ABK banyak hal yang bisa terjadi, termasuk di dalamnya tantrum atau sebuah upaya ‘cari cari perhatian’.

Sebenarnya ulah atau tingkah laku seperti itu bukan hanya milik ABK. Pada umumnya anak-anak mempunyai sifat dasar seperti itu. Toh biasa juga kita melihat seorang anak yang ngambeg misalnya karena permintaannya tidak terpenuhi saat di mall, biasa juga melihat seorang anak yang menangis merengek, biasa juga melihat seorang anak yang berlari atau berteriak mencari-cari perhatian orangtuanya atau orang sekitarnya.

Namun,… ternyata hal-hal biasa tersebut akan menjadi ‘tidak biasa’ apabila terjadi pada seorang ABK. Oya memperjelas dahulu bahwa ABK disini adalah Anak Berkebutuhan Khusus, bukan Anak Buah Kapal yaaaaaa.

Seorang sahabat dalam statusnya menyebutkan bahwa dia akhirnya belajar untuk berhenti berkata ‘maaf’ saat ABK-nya berteriak mengungkapkan perasaannya. Perasaan senang atau sedih pada beberapa ABK terkadang terlihat ‘berlebihan’ dimana mereka berteriak, tertawa dalam suara yang keras dan tidak jarang disertai mel ‘melompat lompat kegirangan. Pada akhirnya sang orangtua ‘terpaksa’ melontarkan kata ‘maaf’ karena melihat reaksi dari lingkungan sekitar yang merasa terganggu mungkin atau merasa aneh melihat tingkah sang ABK. Sahabat berkata bahwa anaknya memang masih harus belajar bagaimana mengungkapkan perasaannya, namun sang anak tidak akan bisa memahami mengapa sang orangtua harus berkata ‘maaf’ karena ungkapan dirinya.

Mengingatkan diriku akan pengalaman berada di ruang public bersama Balqiz tentunya. Saat ini Balqiz sudah semakin merasa memerlukan bantuan tongkat untuk membantunya dan semakin bisa menguasai teknik dalam penggunaan tongkat tersebut. Jika berada di ruangan yang lebar dan luas biasanya tidak ada masalah. Namun berbeda jika kita berada dalam ruang gerak yang terbatas, misalkan di lorong sebuah mall, atau berada di halte pemberhentian bus. Tidak jarang tongkat Balqiz akan menyenggol kaki seseorang atau menabrak sesuatu yang menghalangi gerakan tongkat yang diayunkan Balqiz.

Beberapa kali aku memang meminta maaf atas kejadian tersebut, maaf yang didasari merasa bersalah bahwa keberadaan Balqiz yang menggunakan tongkat ternyata membuat orang tidak nyaman karena tertabrak atau tersenggol. Dan saat ini Balqiz sudah semakin kritis dalam menyikapi berbagai hal, jika kemarin kemarin dia hanya diam saja mendengar dan menyimak namun sekarang dia sudah bisa bertanya sekaligus protes. 

Kenapa bunda harus minta maaf? Saat dijelaskan bahwa bunda minta maaf karena tongkat Balqiz menabrak seseorang atau menghalangi langkah seseorang, Balqiz melayangkan protes, “kan kata ibu tongkat buat tanda jalan, kalo nabrak aku harus berhenti”

Akhirnya tersadar, bahwa ya juga yaaaa! Kan fungsi tongkat adalah membantunya untuk memandu berjalan, membantunya menjadi ‘mata’, membantunya mengenali area di depan langkahnya, kalau selalu meminta ‘maaf’ akhirnya buat apa berjalan? Buat apa orientasi mobilitas, lantas kalau misalkan Balqiz kelak mampu ‘mandiri’ tanpa pendamping jangan jangan saat membentur tembok dia akan berkata ‘maaf’ kepada tembok!!!!

Jadilah aku belajar berhenti berkata ‘maaf’ dalam kondisi kondisi tertentu. Cukuplah aku tersenyum dan mengajak Balqiz meneruskan langkah. Tentunya orang akan segera mengetahui bahwa tongkat yang menabrak dirinya adalah sebuah tongkat seorang ‘tunanetra’. Sudah saatnya masyarakat menerima keberadaan para penyandang disabilitas di sekitar mereka. Bahwa penyandang disabilitas juga mempunya hak berada di dalam ruang publik yang sama dengan masyarakat umum. memulai berpartisipasi membentuk masyarakat yang inklusi dengan langkah kecil sesuai kemampuanku.

Buat sahabatku, terimakasih atas inspirasinya, tetap semangat dan tetap menguatkan tekad kita menaklukkan dunia bagi masa depan ABK kita!!!!






Kamis, 17 Mei 2012

bunda&balqiz@teve






Alhamdulillah, Senin 14 mei 2012 lalu, bunda dan balqiz bersama dengan beberapa teman diminta mengisi pada acara "Curhat AyahBunda" di Spacetoon TV yang disiarkan secara langsung pada pukul 20.30 - 21.35 wib.


Beberapa hari sebelumnya bunda dihubungi oleh ibu Adelia Anastasia, mamanya Daniel Cuandy, apakah bersedia bergabung pada acara tersebut. bunda tidak langsung mengiyakan. selain minta ijin terlebih dahulu kepada ayah, bunda juga harus meminta persetujuan dari Balqiz, serta mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang. Dikarenakan berbeda dengan sebelumnya dimana dilakukan proses rekaman, kali ini adalah siaran langsung. tentunya perlu persiapan serta antisipasi apabila terjadi 'hal-hal diluar skenario'.


Akhirnya Balqiz mau dan siap, barulah bunda menjawab permohonan ibu Adelia. Maaf ya bu, jika terkesan memperlambat kerja ibu.


Pada hari H, siaplah rombongan sirkus bunda meluncur menuju studio Spacetoon yang berada di daerah Karang Tengah Ciledug, ternyata jika lewat toll JORR keluar pintu toll Pondok Aren tidak terlalu sulit mencapainya. Berbeda dengan rombongan ibu Adelia dan mama Salma yang lewat dari arah toll Kebun Jeruk dan keluar pintu toll Meruya, selain rutenya yang lebih berbelok belok juga dihadang kemacetan akibat dari jam pulang kantor yang padat.


Syukur Alhamdulillah, semua 'artis' yang akan tampil sudah lengkap datang, dan kemudian bergiliran di make-up. Selain bunda dan balqiz, ada keluarga ibu Adelia Anastasia dan Daniel Cuandy (Autis), kemudian ibu Dian dan Salma (Tunarungu), ibu Dewi dan Abhy (Autis), serta Ibu Tukini dan Ervhita (Autis). Kami akan tampil secara bergantian.


Pukul 20.20 persiapan sudah selesai, bunda dan balqiz akan masuk pada segmen ke-2. sempat terjadi 'ribut kecil' saat balqiz akan dipasang clip-on di bajunya, dia langsung teriak panik dan menangis kencang. segera bunda putuskan tidak perlu dipasang, biar clip on balqiz diletakkan di sisi badannya saja. lega hati bunda, balqiz bisa segera tenang dan menghapus airmatanya, lega melihat balqiz bisa menguasai dirinya untuk kembali tenang dan fokus pada tampilnya.


Saat siaran, bersyukur juga Balqiz mau menjawab pertanyaan dengan baik dan tenang, saat ditanya dia mau membaca, balqiz berteriak kembali, dia maunya coin terlebih dahulu baru membaca. pfffuiiihhhh,.... asal tahu aja kalo asli deg-degan banget. beruntung dia bisa lancar membedakan koin dan juga saat membaca braille. 


walau ada beberapa hal yang terlewat dari skenario yang ada, selain karena keterbatasan waktu juga karena melihat situasi. whuaaaaaa 15 menit yang mendebarkan!!!!


ada beberapa foto yang di abadikan saat siaran berlangsung. terimakasih ibu Adelia Anastasia yang sudah memberikan kesempatan pada bunda dan balqiz untuk bisa tampil. Senang sekali bisa bertemu dan berkenalan dengan teman teman baru, ibu Dian, ibu Dewi, Ibu Tukini, Daniel Cuandy, Abhy, Ervhita,.. kalian semua adalah orang orang yang istimewa.

Senin, 30 April 2012

sapa menyapa

konsep sapa menyapa gampang-gampang susah menerapkannya kepada anak-anak. terlebih bagi anak berkebutuhan khusus. hal ini aku alami juga.

 bersama dengan pihak sekolah, dalam hal ini ibu gurunya, kami sudah menerapkan konsep sapa  menyapa ini sejak awal. sempat menggunakan sistem punishment dan reward untuk memacunya. berhasil dengan sukses. karena pada dasarnya balqiz adalah anak yang ceria, dan mulai senang berinteraksi dengan orang lain, mulai banyak bertanya tentang berbagai hal.

baik di sekolah maupun di rumah, kami menerapkan konsep sapa menyapa dengan baik. namun,.... hal ini menjadi sebuah dilema saat terjun di masyarakat, saat berada di area publik, saat berinteraksi dengan orang banyak.

balqiz semakin sering aku bawa untuk berinteraksi dengan masyarakat. dengan menggunakan moda transportasi, berada di acara acara keramaian seperti arisan, undangan pernikahan, berada di ruang publik seperti pusat pertokoan, restaurant dan sebagainya.

berada di ruang publik ternyata membuat konsep tersebut buyar, konsep yang di dasari bahwa jika ada yang menyapa harus menjawab sapaan dengan sopan dan baik, demikian juga jika kita yang duluan menyapa seseorang. karena ternyata tidak semua orang mau membalas sapaan dari kita dan ternyata juga sapaan kita belum tentu dibalas dengan bahasa yang baik serta sopan.

sudah berusaha membantu Balqiz dengan menegur bahwa Balqiz sedang menyapa tolong dibalas, namun tetap tidak ada reaksi. ya akhirnya aku mencoba dengan bahasa sederhana menjelaskan bahwa tidak semua orang mau membalas sapaan kita, ya mungkin karena tidak mengerti bahasa kita, mungkin sakit, atau mungkin mengalami gangguan bicara seperti beberapa teman Balqiz. membuat Balqiz belajar dengan cepat. jika orang lain berlaku seperti itu, tentunya Balqiz juga bisa melakukannya. Yakni tidak membalas sapaan orang atau jika membalas,.. dia akan berteriak 'tidak mau!!'

ya rasa kekecewaan pada dirinya yang merasa sudah berusaha untuk sopan menyapa duluan dan bersikap ramah ternyata tidak mendapat balasan. dan itu tidak hanya sekali dua kali di alami oleh Balqiz.

rasanya harus kembali bekerja keras untuk lebih pintar 'menerapkan konsep sapa menyapa' serta berbagai argumen juga harus disiapkan,...

ternyata... menerjunkan anak ke lingkungan masyarakat tidak mudah. namun bukan berarti juga sebagai alasan untuk terus menyembunyikan ABK di dalam rumah.

Selasa, 28 Februari 2012

anak sd




Sudah dua minggu ini balqiz jadi ‘anak sd’. Insya Allah tahun ajaran mendatang Balqiz akan masuk sd. Kami merencanakan Balqiz akan masuk sd di SLB A Pembina di Lebak Bulus. Seperti yang pernah bunda tulis sebelumnya bahwa rencana kami semula Balqiz akan menjalani program inklusi di sd negeri beralih ke SLB A. kami melihat dan menilai Balqiz “belum siap’ untuk menjalani program inklusi.

Mempersiapkan Balqiz memasuki sekolah dasar, pihak sekolah bersama ayah-bunda duduk bersama dan merancang program yang bisa mendukung kesiapan Balqiz. Selain meningkatkan baca tulis Braille baik dalam membaca maupun berhitung. Dipersiapkan juga mental psikologinya, juga kesiapan sosialisasi. Baik dengan teman maupun dengan guru. Juga dipersiapkan perubahan setting kelas, dimana saat di kelas Pelayanan Dini (Peldi/ TK) rasio guru dan murid adalah rasio yang ideal 1 : 1 menjadi setting kelas dengan rasio 1 guru : 5 murid di sekolah dasar.

Jadilah Balqiz menjalani masa transisi. Dimana seminggu dua kali Balqiz menjadi ‘anak sd’, belajar di kelas sekolah dasar. Terlihat antusias sekali untuk bisa segera menjadi ‘anak sd’. Percaya dirinya cukup tinggi dan menurut guru yang mendampinginya Balqiz tekun dan bisa mengikuti kegiatan belajar dengan baik. Bisa terlibat sosialisasi bersama teman dengan baik.

Hari ini Balqiz kembali menjadi anak sd, dan sudah memakai seragam putih merah seperti layaknya anak sd. Permintaan seragam inipun karena Balqiz mengetahui bahwa kalo di sd, murid muridnya sudah pakai seragam, seragam putih merah. Tidak seperti di Peldi yang memakai baju bebas.

Berharap dengan program yang telah disusun dan dilaksanakan, nantinya Balqiz siap baik secara mental maupun akademik memasuki masa pendidikan dasarnya di sekolah dasar. Mengingat selama ini Balqiz sudah berada di ‘comfort zone’ program Pelayanan Dini. Dia sudah teramat mengenal lingkungan, guru, teman dan situasi. Saatnya meninggalkan ‘comfort zone’ menerima tantangan baru. Dan….. sebenarnya yang meninggalkan ‘comfort zone’ tersebut bukan hanya Balqiz. Tetapi bundanya juga. Tantangan didepan sana sudah terbuka dan semakin mendekati garis start. Insya Allah kami siap. Bismillah,..




Senin, 20 Februari 2012

kenapa harus all about balqiz

blog ini memang harus bernama 'all about balqiz', semua tentang cerita balqiz. sebelum blog ini bunda buat, bunda sudah punya blog sendiri atas nama pribadi, disana ceritanya lebih nano nano tentang banyak hal dan termasuk juga curhatan bunda.

blog ini bunda tulis untuk mendokumentasikan banyak hal tentang balqiz. seperti yang sudah diketahui bahwa Balqiz Baika Utami, putri kembar kedua bunda adalah penyandang tunanetra.

berawal dari kebingungan bunda saat memperoleh vonis dokter mengenai kepastian kondisi mata balqiz. dimana saat itu sebenarnya sudah dilakukan upaya ikhtiar operasi sebanyak dua kali di Singapore. Namun ketentuan Allah SWT jualah yang berlaku.

Bingung, sedih, gak tahu harus gimana, mengingat minimnya informasi mengenai tumbuh kembang anak anak tunanetra. mau cari info dimana? majalah yang ada isinya melulu tentang bayi/ anak yang tidak memiliki hambatan. juga buku buku tumbuh kembang yang ada di toko buku tidak membantu sama sekali. informasi di internet juga masih sangat sedikit sekali, itupun referensi yang ada bukan berasal dari Indonesia.

dokter sendiri pun setelah memberikan vonis, tidak memiliki solusi atau informasi yang diperlukan untuk masa masa 'pasca vonis'.

sempat waktu itu bunda memperoleh satu kontak person dari pihak dokter mata yang merawat, sesama orangtua yang memiliki anak dengan hambatan penglihatan. setelah bunda mencoba menghubunginya, mencoba menjalin silaturahmi, mencoba mencari informasi bagaimana beliau menstimulus anandanya. namun,... ternyata harapan bunda hanya tinggal harapan. beliau enggan berbagi.

sempat terbersit amarah juga, kenapa sih gitu aja gak mau berbagi!! apa sih susahnya berbagi informasi,.... gw kan butuh informasi itu!!!! di kemudian hari, bunda baru bisa memahami kenapa dan kenapanya.

dari situlah titik mula bunda berpikir, bahwa bunda harus 'do something' untuk balqiz. usianya semakin hari semakin bertambah dan tentunya membutuhkan stimulus untuk tumbuh kembangnya. mulailah proses trial and error pembelajaran bagi bunda, balqiz dan keluarga.

dari proses trial and error tadilah bunda coba menuliskannya di blog ini. balas dendam ceritanya, kalo aku gak dapat info dari orang lain... maka orang lainlah yang bakal dapat info dari bunda!! ya karena bunda berpikir pasti ada 'diluar' sana orangtua orangtua lainnya yang sama bingungnya sama sedihnya dengan bunda. nah mari kita berbagi. ya berbagi semua, berbagi sedih, berbagi bingung, berbagi perasaan, berbagi proses belajar, berbagi cerita. tentang tumbuh kembang anak anak yang memiliki hambatan penglihatan.

intinya bunda gak mau orang nyari informasi di internet tentang 'anak tunanetra' mendapatkan hasil yang 'nol', harus ada informasi yang diperoleh, harus ada semangat yang bisa dibagikan. bunda mencoba berbagi dengan 'cara bunda',..... all about balqiz


Tulisan ini diikutsertakan dalam Kontes “Ngeblog di Mata Perempuan” yang diselenggarakan oleh Emak Blogger.

ngelayap

sore ini balqiz kembali 'ngelayap' ke kampung sebelah,.. rupanya dia mendengar suara suara teman-temannya yang sedang bermain di mushala, jadilah dia menyusul untuk bergabung bermain bersama.

rumah kami terletak disebuah komplek yang bersebelahan dengan rumah rumah penduduk, ada pintu kecil di samping tembok komplek yang menghubungkan dengan perkampungan penduduk sebelah komplek.

dan cukup banyak anak anak seusia balqiz yang sering bermain. biasanya di sore hari anak anak bermain di jalanan depan rumah, karena jalanan depan rumah kami kebetulan jalan buntu dan kendaraan yang masuk ya hanya kendaraan penghuni saja. sehingga cukup aman menjadi arena bermain anak anak. mulai dari bermain bola, sepeda, bulutangkis atau sekedar ngumpul bercanda.

sejak Alifah dan Balqiz masih bayi, jika cuaca memungkinkan dan mereka sehat, setiap pagi dan sore mereka aku bawa jalan jalan keluar rumah. disamping buat mencari udara segar keluar dari rumah, juga buat bersosialisasi dengan lingkungan. sekaligus merupakan proses pembelajaran 'orientasi mobilitas' bagi balqiz tentang lingkungan di sekitar rumahnya. walaupun pada saat itu, aku masih belum 'ngerti' tentang konsep OM.

yang ada dalam kepalaku saat itu ya, pokoke keluar dari rumah, biar si kembar tahu lingkungan rumahnya dan tetangga sekitar rumah juga tahu tentang si kembar, terutama mengetahui keberadaan balqiz. ini looo tetangga kalian ini ada yang tunanetra. terlebih dengan banyaknya anak anak yang sebaya usianya, aku hanya punya 'cita cita' bahwa ini loooo balqiz yang tunanetra adalah teman kalian, gak beda dengan kalian, sama sama anak kecil, sama sama bisa bermain juga. sehingga harapanku saat itu, kelak mereka tumbuh bermain bersama sehingga terjadi sebuah 'pertemanan' yang biasa dan tidak ada yang aneh. istilah kerennya inklusi bermasyarakat.

ya sangat mensyukuri bahwa rumah kami memiliki lingkungan yang cukup mendukung 'isi kepalaku' tadi. karena harus aku akui juga bahwa tidak banyak keluarga yang memiliki lingkungan yang kondusif seperti ini.

jadi rasanya semua terlihat wajar saja, balqiz mempunyai banyak teman dirumah, apalagi didukung dengan Balqiz yang memang cerewet banyak berbicara. bahkan kalau boleh diakui, dirumah teman Balqiz lebih banyak daripada teman alifah. mengingat Alifah memang lebih pendiam.

terlebih sekarang dimana pengetahuan OM Balqiz semakin baik dan dia sudah sangat mengenal sekali lingkungan sekitar rumahnya, sehingga yakin melangkah kemana saja tanpa harus kuatir dia nabrak tembok rumah tetangga atau tercebur got. dan dia tahu tanda tanda yang harus dia kenali untuk bisa sampai ke satu tempat.

alhasil,..... kalau dia sudah mendengar teman-temannya, tidak ada ragu lagi untuk melangkahkan kakinya untuk bergabung bersama.

jika memandang mereka bercengkerama, secara sekilas tidak terlihat bahwa salah satu dari mereka adalah penyandang tunanetra.