Jumat, 21 Agustus 2009

pra-braille


keinginan para orangtua ABK tunanetra pastinya anaknya bisa segera menguasai braille sehingga bisa memudahkan sang anak untuk membaca menulis. sebenarnya bukan sesuatu yang muluk, hanyalah sebuah keinginan yang wajar dikarenakan memang braille lah sarana baca tulis bagi sang anak.



namun menuju fasih braille ada tahapan-tahapan yang harus dilalui anak, dan ini terkadang membuat orangtua merasa kok lama banget seh baru anakku diajarin braille. kok sudah sekian tahun anakku sekolah belum juga diajarin braille. atau yang ekstrim lagi,.. anak baru masuk sekolah, sang orangtua langsung meminta anak diajarin braille.

kembali mengingatkan bahwa 'mata' bagi penyandang tunanetra adalah; jemarinya, telinganya, hidungnya, keseluruhan indera selain mata adalah 'mata' bagi tunanetra. untuk mempelajari braille utama sekali adalah jemarinya.

disinilah sensitifitas jemari yang harus diasah. proses 'men-sensitifkan' jemari inilah yang membuat para orangtua seringkali tidak sabar, bahkan seringkali secara tidak langsung, secara tidak sadar 'membutakan' juga rasa sensitifnya.

kenapa bunda katakan orangtua malah secara tidak langsung secara tidak sadar 'membutakan' rasa sensitif jemari anaknya yang seharusnya menjadi 'mata'???? ini kembali lagi kepada proses 'menata hati' orangtuanya lagi.

orangtua sering kali tidak tega atau bahkan melarang sang anak 'meng-eksplore' jemarinya dengan melarang sang anak menyentuh berbagai benda, terlalu 'membantu' kepentingan sang anak sehingga pada akhirnya sang anak jarang sekali menggunakan 'jemarinya' untuk berkegiatan dan mengeksplore berbagai benda. nah yang demikian itu apakah tidaklah sebuah proses 'membutakan' juga rasa sensitifitas dan 'fungsi' dari jemarinya. tanpa disadari orangtua lebih senang mengambil alih fungsi jemari/ tangan sang anak.

contoh;
orangtua lebih senang langsung mengupaskan buah pisang dan kemudian menyuapkan kepada anak. sementara itu dalam mengupas buah pisang hingga memakannya ada sebuah tahapan yang 'penting'. dimana dalam proses tersebut seharusnya anak mengetahui bentuk buah pisang, anak mengetahui tekstur kulit buah pisang, anak mengetahui bagaimana caranya mengupas buah pisang, anak mengetahui tekstur dari isi buah pisang, anak mengetahui cara memakan buah pisang tersebut.

sepele sepertinya tetapi banyak proses pembelajaran di dalamnya.

jadi tahapan pra-braille bagi anak-anak penyandang tunanetra adalah mengasah rasa sensitifitas dan fungsi dari jemarinya dahulu. anak bisa mengenali benda apa yang sedang diraba, dipegang, bisa merasakan tekstur dari benda benda yang sedang dipegang.

barulah setelah mengasah 'mata', anak bisa memulai tahapan pengenalan huruf huruf braille. dan yang tidak kalah penting lagi adalah orangtuanya dahulu yang harus belajar mengenal dan menguasai braille.


4 komentar:

entik mengatakan...

ooo... gitu ya prosesnya. Proses yang butuh perjuangan.
yup semangat ya bunda...

isma mengatakan...

setuju Buk. Dan menurutku, nggak cuma dlm kasus menghadapi anak2 yang tuna netra, kadang ortu juga suka maksain anak usia dini untuk bersegera bisa membaca... dan was-was kalau masuk TK belum bisa baca. Padahal, mereka tetap butuh proses yang alamiah...

lidya mengatakan...

butuh belajar banyak dari mbak Prima nih, thx pencerahannya ya

Matakatakita mengatakan...

salam,

wah, nice blog. so fresh.

oiya, dalam rangka memeriahkan hari sumpah pemuda, kami mengadakan Sayembara Menulis dua aksara.
untuk informasi lebih lengkapnya silakan diklik di link ini

http://matakatakita.wordpress.com/sayembara-cerpen/

terimakasih


salam,
MKK