Rabu, 04 Juni 2014

Hmmmmmm Yang ABK Yang Mana Ya?



Setting 
Lokasi : sebuah resto cepat saji
Dua meja berdekatan
meja 1 : seorang ibu dengan 2 anak berusia 8tahun dimana 1 anak adalah abk penyandang tunanetra
Meja 2 : sebuah keluarga terdiri dari ayah, ibu, 1 anak kira-kira berusia 8tahun juga, 1 pengasuh

Cameraaaaaaa…. Action…
Adegan 1 :
meja 1  : ibu beserta 2 anak sedang makan. Kedua anak makan sendiri hanya sedikit bantuan yang diberikan pada si abk yakni menjabarkan dimana posisi nasi dimana posisi lauk dan dimana posisi sayur, dimana posisi gelas minum.

meja 2 : ayah, ibu sedang makan, dan anak juga makan disuapin oleh pengasuh

Adegan 2 :
meja 1 : si anak abk saat menggerakkan tangan, gelas tersenggol jatuh dan tumpah membasahi meja

Dialog :
anak abk : ibuuu… minta tisu
Ibu : menyodorkan tisu ke tangan abk sembari membantu menyingkirkan beberapa peralatan. Si anak abk dengan keterbatasannya sembari meraba pada tangan kirinya mengusapkan tisu dengan tangan kanannya berusaha mencoba mengeringkan meja karena tumpahan air dari gelas minum.

meja 2 : si anak saat menggerakkan tangan, gelas tersenggol jatuh dan tumpah membasahi meja

Dialog :
anak : ibuuuuuuuuuuuu......
Ibu : mbaaaakkkk… buruan itu dilap (berkata kepada pengasuh)





Selasa, 03 Juni 2014

bukan tidak bisa namun belum tahu caranya



Hari ini setelah rapat dengan teman-teman di Yayasan, bersambung dengan sebuah pertemuan dengan seorang ibu yang memiliki abk berusia 3tahun.

Diagnosa ROP yang dialami masih menyisakan penglihatan yang cukup bagus. Kategori yang dialami masuk pada low vision. Hasil assessment sederhana anak masih bisa menangkap perbedaan warna yang mencolok, masih bisa membedakan terang dan gelap, masih bisa melihat tulisan dengan modifikasi besaran dan ketebalan font. Secara keseluruhan tumbangnya tidak ada masalah, masih berada dalam batas aman grow chart.

Penerimaan dari keluarga juga sudah bagus, sudah bisa legowo menerima kondisi anak dan sudah mau juga membawanya untuk berinteraksi bersosialisasi dengan lingkungan diluar rumah.

Namun dari pertemuan terakhir masih ada yang mengganjal. Di usianya yang sudah 3tahun, makanan yang dimakannya masih berupa olahan bubur saring yang seharusnya sudah bukan konsumsi anak di usianya.

Dari hasil obrolan yang bertahap, anak tidak memiliki gangguan pada organ terkait dengan proses mengunyah, menelan, dan juga tidak ada keluhan pada pencernaannya. Bahkan tampak susunan gigi geliginya cukup bagus.

Sang ibu mengatakan bahwa anak tidak bisa mengunyah, jika mengunyah selalu tersedak dan akhirnya muntah. Alhasil anak mengkonsumsi makanan dengan cara diolah menjadi bubur saring yang bisa langsung ditelan.

Serasa dejavu,.. beberapa tahun silam pernah mendapatkan kasus yang sama juga.

Akhirnya tanpa sebuah target tertentu, mengatur sebuah pertemuan saat makan siang di sebuah mall. Ya. Hari ini.

Setelah kami memesan makanan, mulailah sang ibu mengeluarkan perbekalan yang dibawa untuk anaknya. Dan mulai menyuapinya. Sembari ngobrol santai, banyak hal yang menjadi bahan obrolan kami. Intinya saya tidak memasang target apa-apa dan tidak juga mengatakan apa rencana sebenarnya dari pertemuan ini.

Disaat kita mulai makan, aku sengaja memilih duduk di sisi sebelah kanan sang anak.

hai… tante juga makan lho… init ante makan salad. Salad itu sayuran trus dikasih dressing mayones. Ini tante ada wortel, kentang, buncis, eee kamu sudah belajar kan dari mama… wortel itu seperti apa. Naaaahh ini dia wortel. Tika boleh pegang. Warnanya oranye” sambil aku berikan sepotong wortel pada tangannya.

Sang mama juga berkata, “iyaaaa ini makanan Tika juga ada unsure wortelnya

sembari aku makan, aku kemudian pegang tangan kanan Tika dan meletakkan di rahang kiriku.

ini tante sedang makan, makan itu dengan mengunyah. Mengunyah pakai gigi…. Naaaahhh terasa ya rahang tante bergerak mengunyah. Gerakan ini yang namanya mengunyah’

Terlihat sang anak tertarik dan memperhatikan apa yang teraba di tangannya, gerakan mengunyah. Kemudian aku ambil tangan kirinya dan memalingkan wajah berhadapan sehingga tika bisa leluasa memegang rahangku dan merasakan proses mengunyah.

Kemudian aku berikan lagi sepotong wortel di tangannya dan aku peragakan bagaimana proses aku menggigit wortel tersebut. Kembali Tika menunjukkan rasa antusiasnya. Berlanjut pada proses menelan, aku juga membawa jemari tika menempel pada tenggoroanku untuk dia bisa tahu.

Bersamaan dengan itu tika juga mendapat suapan dari mamanya, segera aku bawa jemari tika meraba tenggoroannya sendiri dan seketika dia bisa memahami bagaimana proses menelan.

Akhirnya aku coba menawarkan kepada tika untuk mencoba… walopun akhirnya dengan sedikit panik sang ibu sempat mencegah
jangaaann.. nanti kesedak, bisa muntah’

Tapi tanpa kita sadari juga, tangan tika dengan cepat mengambil sepotong buncis, dan kemudian menggigitnya. Dan ternyata tika belajar dengan cepat mengunyah. Walaupun hasil kunyahannya belum rata halus, sempat membuatnya sedikit tersedak namun bisa diatasi dengan segera minum dan tidak ada drama muntah seperti yang ditakutkan ibunya.

Sang ibu hanya bisa terpana…
Dan sebagai lanjutan aku yang sudah menyiapkan biscuit m*lna yang biasa dikonsumsi bayi yang baru mengenal mpasi untuk dicoba makan oleh Tika. Biscuit yang mudah lumer saat digigit.

Dan taraaaaaaaaaaaa….. Tika berhasil menggigit dan mengunyah serta menelan tanpa tersedak.

Whuaaaaaaaaaaaa kok sama bunda bisa yaaaa… kok sama aku selalu tersedak, jadi bertahun tahun aku buatin bubur saring seperti ini, supaya gampang ditelan

Soooo…. Menjadi sebuah catatan bahwa :
Terkadang anak bukannya tidak bisa namun belum tahu caranya. namun karena sang orangtua sudah meletakkan label bahwa anaknya tidak bisa.... yang terjadi adalah anak terus menerus dianggap tidak bisa, hanya dengan sedikit modifikasi berkomunikasi,... ternyataaaaaa anaknya bisa dan mampu