Sabtu, 14 Desember 2019

Menjadi Pendamping


Bismillah,
 "Ibuk, saya sudah lebih kuat sekarang," ujar ibu AR saat bertemu di sela keriuhan ruang seminar pagi ini di sebuah RS. Refleks kami berpelukan erat. Aku senang sekali melihat wajahnya yang sudah lebih cerah dan menampakkan aura optimis.

"InshaaAllah saya bisa kuat buat anak saya, dan saya siap belajar ya, Buk. Bantu saya, bimbing saya," ujarnya tetap dengan senyum yang mengembang di bibir.

🌻🌻

Dua minggu lalu, juga pada event seminar yang diselenggarakan oleh Komunitas Prematur, Ibu AR menemuiku. Begitu kami bertemu, langsung tumpah airmatanya, serta merta aku memeluknya erat. Terasa tubuhnya yang lunglai saat berada dalam pelukan ini, seakan memasrahkan hidupnya padaku.

"Saya harus bagaimana, Ibuk?" desahnya sembari menahan tangis.
Sebuah kalimat yang mematahkan hati siapa pun yang mendengar.


keterangan foto : buku biru berjudul Membantu Anak Tunanetra


🌻🌻

Tidak mudah memang, menerima sebuah diagnosa dari dokter. Terlebih apabila apa yang disampaikan adalah diagnosa yang akan disandang seumur hidup. Dan, ibu AR adalah orang tua kesekian yang aku dampingi. Entah yang ke sekian ratus, jujur aku sangat enggan menghitungnya dengan tepat.

Kelahiran adalah salah satu momen kehidupan yang ditunggu oleh banyak pasangan suami istri. Lambungan harapan atas masa depan anak akan digantungkan setinggi langit. Bayangan atas keceriaan dan kelincahan anak berada di pelupuk mata.

Namun, akhirnya berujung kepada pupusnya harapan setelah mendapat diagnosa dari dokter mata sub spesialis mata anak, terkait kondisi penglihatan anak. Kebutaan. Ya, kebutaan yang akan disandang oleh anak seumur hidupnya yang disebabkan oleh sebuah "makhluk" bernama ROP. Retinopathy Of Prematurity.

Singkat kata, ROP adalah tumbuhnya jaringan liar pada retina yang dialami oleh anak terlahir prematur. ROP, apabila terlambat ditangani akan berdampak menjadi sebuah kondisi kebutaan pada anak.

🌻🌻

ROP hanya terjadi pada anak terlahir prematur, ROP tidak ada ciri, tidak ada tanda. Sebab itu setiap bayi terlahir prematur harus menjalani skrining/ pemeriksaan mata oleh dokter mata sub spesialis mata anak dengan menggunakan alat indirect opthalmoscope paling lambat di usia 4 minggu, dan dilakukan intens pemeriksaan lanjutan per 2 minggu hingga dinyatakan matur pada usia gestasi 45-50 minggu.

Apabila dalam perjalanan proses pemeriksaan dideteksi ada perburukan, maka harus segera dilakukan tindakan. Abai atau keterlambatan atas skrining bisa berdampak kebutaan pada anak.

🌻🌻

Tidak mudah mendampingi orangtua yang mendapatkan diagnosa tersebut. Amarah, kekecewaan, sedih, putus asa seakan menjadi satu kesatuan yang membelenggu dan membuat sesak napas. Apa yang harus dilakukan? Bagaimana anakku kelak? Ke mana anakku akan bersekolah? Aku pernah berada pada posisi yang sama belasan tahun silam, membuatku sangat paham apa yang berkecamuk.

Seringkali tidak banyak yang aku lakukan selain hanya memeluk mereka, membiarkan menumpahkan tangis dan menjadikan diri sebagai luapan perasaan. Aku akan menunggu hingga mereka tenang, barulah bisa membimbing mereka.

🌻🌻

Yang pertama aku lakukan adalah membangkitkan semangat dan harapan yang luruh. Bahwa mereka selaku orangtua pasti akan dimampukan oleh Allah untuk menjalani babak baru kehidupan mereka. Bahwa anak mereka cuma 'buta" tok! Dan itu bukan akhir dunia mereka. Boleh sedih, boleh kecewa, boleh marah, tapi jangan lama-lama. Ada anak yang membutuhkan kewarasan orangtuanya, ada anak yang membutuhkan stimulasi yang tepat untuk tetap bisa tumbuh kembang sesuai usia, agar kelak anak bisa meraih prestasi dan talenta yang membanggakan.

Aku turut bahagia dan lega saat melihat orangtua bisa bangkit dan mulai bertanya serta belajar bagaimana menstimulasi anak-anak mereka.

🌻🌻

Tidak mudah, penuh tantangan, dan dalam perjalanan menjadi pendamping ini, seringkali juga menerima hujatan dan sasaran amarah orangtua. Namun, aku anggap semua sebagai bagian dari proses pembelajaran dalam menjalani kehidupan.

🌻🌻

Pekerjaan menjadi pendamping apakah ada bayarannya? Tidak ada. Pekerjaan yang aku jalani ini, sebagai pendamping, adalah pekerjaan sosial. Pekerjaan yang didasari oleh hati. Mengeluarkan uang pribadi, iya pasti. Namun, tetap sedikit pun tidak berpikir sama sekali untuk memungut bayaran atas dampinganku.

InshaaAllah Allah menjamin rejeki dari pintu rejeki lainnya, bukan dari sini.

🌻🌻

Kok mau-maunya sih, repot mikirin orang lain, capek capek ngurusin orang, ninggalin anak dan rumah. Belum lagi harus menjawab pesan dan telepon yang beruntun dari mana-mana. Sekali lagi, ini pekerjaan dari hati. Tidak bisa diukur dengan apa pun. Dan, dengan jujur aku katakan bahwa pekerjaan ini adalah upayaku untuk balas dendam.

Ya! Balas dendam.

Belasan tahun lalu, aku pernah berada pada posisi yang sama, terpuruk dalam amarah dan kesedihan, merasakan betapa dunia sempit menghimpit tanpa ada teman dan apa yang bisa menjadi petunjuk atas apa yang sedang aku alami.

Ya, aku juga sama dengan para orangtua yang aku dampingi ini. Memiliki anak buta, anak tunanetra, tidak bisa melihat, yang disebabkan oleh ROP tadi. Kala itu, aku sendiri juga lupa bagaimana caranya, pada akhirnya aku mendapat sebuah nama sebuah kontak telepon, yang berdasarkan cerita yang aku peroleh memiliki anak yang juga mengalami hal sama. Merasa mendapat secercah cahaya, tanpa menunggu waktu aku segera mencoba menghubungi dan siap menemui beliau. Namun sayangnya harapanku pupus. Keinginan bisa memperoleh teman, keinginan ingin bisa menimba ilmu bagaimana caranya merawat dan melatih anak tidak aku peroleh.

Sebuah dendam akhirnya membara dalam diriku. Dendam yang ingin aku balas, dendam yang membuatku bertekad, "Ya Allah, mudahkan aku belajar, mudahkan aku menimba ilmu untuk bisa mendampingi anakku, dan ya Allah, ijinkan aku kelak membalas dendam dengan bisa menjadi pendamping para orang tua yang juga ingin belajar membersamai anak-anak tunanetra mereka."

Dan, inilah aku sekarang, Ibuk Mima, pendamping para orang tua dengan anak gangguan penglihatan tunanetra – low vision. Doakan Ibuk semoga sehat selalu. Aamiin.

TerimakasihπŸ’“

#kisahku
#relawan
#volunteer
#PeduliAbk
#PeduliAbkTunanetra
#Belajar
#KBM

Tidak ada komentar: