Whateverlah namanya
ada
yang bertanya ke ibuk. Kok mau maunya sih terjun
menjadi relawan mau repot menjadi pendamping, mau diribetin. Kok mau maunya
juga harus kesana kemari ngurusin anak orang pulak, bukan anak sendiri. Masih kudu
keluar duit sendiri karena gak ada lembaga yang menyokong untuk pengeluaran.
gak usah oranglain. orangtua/ mertua/ saudara sendiri pun seringkali gagal paham kenapa si ibuk ini mau maunya ngerjain beginian. Yang jelas, hanya teman teman relawan juga yang bisa memahami “kenapa mau”
kilas
balik dahulu beberapa tahun silam, ada beberapa kejadian yang melatar belakangi
perubahan pola pikir ibuk.
12tahun
lalu saat berada di Singapore dimasa pengobatan Balqiz di KKH paska operasi
laser ROP pada kedua matanya, kami dikunjungi oleh pekerja social yang ada di
KKH. Apa yang menjadi kendala kami, apa yang kami rasakan, apa yang menjadi
kegundahan hati, apa yang bisa mereka lakukan untuk membantu kami. Keberadaan
pekerja social di KKH sangat membantu kami dalam banyak hal. Siap dihubungi
kapan saja. Dan keberadaan mereka berbeda tugas dengan bagian Humas Pasien
Internasional KKH.
Interaksi
berikutnya saat itu ibuk sedang berada di ruang laktasi, masih di KKH. Berada di
ruang laktasinya serasa takjub tak henti. Tempat yang nyaman, ada sofa, ada
bed, kemudian ada berpuluh botol steril yang siap digunakan. Ada pompa asi
elektrik. Dan yang tidak kalah serunya adalah perpustakaan mini yang terdapat
banyak buku tentang asi, tentang perawatan bayi, dan tentang bayi premature. Awalnya
jika bertemu dengan para ibu lain ya cuma senyum saja. Jujurnya sih sebab rasa
minder karena asi yang berhasil ibuk perah tidak pernah dalam jumlah banyak. Pertemuan
intens tidak bisa dielakkan. Dan akhirnya saling menyapa juga. Dan barulah
paham bahwa adanya sebuah parent support grup yang mewadahi mereka. Secara berkala
dan bergantian ibu ibu yang bayinya sudah lulus nicu datang dan memberikan
support. Saling bercerita, nangis bareng, mendapatkan tips dan berbagai saran. Saling
menjenguk bayi bayi di nicu. Adalah sebuah awal perkenalan ibuk atas sebuah
komunitas dan parent support grup.
selang berlalu waktu, saat telah mendapatkan diagnosa kondisi balqiz, dimana mendapat banyak kesulitan dan kendala serta minimnya informasi yang sangat ibuk butuhkan dalam menstimulasi maupun bagaimana harus melatih balqiz yang tunanetra. 10-12 tahun lalu informasi lewat internet pun tidak sedahsyat seperti saat ini, dimana sudah sangat mudah memperoleh informasi terlepas dari hoax atau informasi valid.
selang berlalu waktu, saat telah mendapatkan diagnosa kondisi balqiz, dimana mendapat banyak kesulitan dan kendala serta minimnya informasi yang sangat ibuk butuhkan dalam menstimulasi maupun bagaimana harus melatih balqiz yang tunanetra. 10-12 tahun lalu informasi lewat internet pun tidak sedahsyat seperti saat ini, dimana sudah sangat mudah memperoleh informasi terlepas dari hoax atau informasi valid.
Saat
mendapatkan sebuah no kontak seseorang yang juga memiliki anak tunanetra serasa
mendapatkan sebuah oase, ada yang bisa dituju untuk bertanya, namun ternyata
respon yang ibuk dapatkan sangat jauh dari harapan.
Saat
itu akhirnya terbersit dalam hati bahwa kelak, jika ada yang bertanya atau
perlu support tentang anak premature tentang
anak abk tunanetra/ gangguan penglihatan, apa yang bisa ibuk bantu/ berikan
akan ibu usahakan. Ibuk gak punya uang banyak tapi ibuk bisa bantu yang lain. sebagai teman, ibuk bisa bantu sebagai
pendamping, ibuk bisa bantu ditanya kapan saja.
jadi itulah titik awal langkah ibuk sebagai relawan atau apalah terserah disebut apa. Hanya berharap selalu diberikan kesehatan, tetap diberikan kerendahan hati dalam menjalani skenarioNYA ini. Dan berharap menjadi amal jariah ibuk kelak. Mohon doanya
1 komentar:
Aahh terharu ��
Jadi pengen kaya ibuk jg. Bisa bermanfaat buat orang lain terutama yg senasib dengan kita. Semoga Alloh selalu meridhoi ya buk. Aamiin
Posting Komentar