yaaaa...
kalian memang anak anak yang istimewa. kangen dengan kalian semua,.. caca, radit, bersyukur sekali di masa kecil kalian mendapat kesempatan untuk bisa tumbuh kembang dan memperoleh pendidikan dini yang tepat. jalan masih panjang, tetap semangat melangkah meraih cita 💖
sila menikmati permaian musik dari balqiz, caca dan radit
KAU ISTIMEWA
biar ku tak melihat,
walau ku tak mendengar,
jalanku pun tertatih-tatih.
Tapi ku tetap berharga dan istimewa...
Walau ku pakai tongkat,
berbahasa isyarat
namun aku tak menyesal,
tapi ku tetap berharga dan istimewa....
Ku diciptakan Tuhan,
sempurna adanya.
Aku pun disayang Tuhan apapun adanya.
Tiap orang pasti punya kelebihan..
Bersyukur karena aku baik adanya..
Sabtu, 25 November 2017
Kamis, 23 November 2017
THE COURTESY RULES OF BLINDNESS
THE COURTESY RULES OF BLINDNESS
Ten simple, straightforward pointers which encourage sighted persons to feel comfortable and at ease with blind persons, is also helpful to know.
When you meet me don't be ill at ease. It will help both of us if you remember these simple points of courtesy :
1. I'm an ordinary person, just blind. You don't need to raise your voice or address me as if I were a child. Don't ask my spouse what I want - 'Cream in coffee?"- ask me
2. I may use a long white cane or a guide dog to walk independently; or I may ask to take yours. I'll keep a half-step behind to anticipate curbs and steps.
3. I want to know who's in the room with me. Speak when you enter. Introduce me to the others. Include children, and tell me if there's a cat or dog.
4. The door to a room or cabinet or to a car left partially open is a hazard to me.
5. At dinner I will not have trouble with ordinary table skills.
6. Don't avoid words like "see." I use them, too I'm always glad to see you
7. I don't want pity. But don't talk about the "wonderful compensations" of blindness. My sense of smell, touch, or hearing did not improve when I became blind. I rely on them more and, therefore, may get more information through those senses than you do - that's all.
8. If I'm houseguest, show me the bathroom, closet, dresser, window-the light switch, too. I like to know whether the light are on.
9. I'll discuss blindness with you if you're curious, but it's an old story to me. I have as many other interest as you do.
10. Don't think of me as just a blind person. I'm just a person who happens to be blind.
Ten simple, straightforward pointers which encourage sighted persons to feel comfortable and at ease with blind persons, is also helpful to know.
When you meet me don't be ill at ease. It will help both of us if you remember these simple points of courtesy :
1. I'm an ordinary person, just blind. You don't need to raise your voice or address me as if I were a child. Don't ask my spouse what I want - 'Cream in coffee?"- ask me
2. I may use a long white cane or a guide dog to walk independently; or I may ask to take yours. I'll keep a half-step behind to anticipate curbs and steps.
3. I want to know who's in the room with me. Speak when you enter. Introduce me to the others. Include children, and tell me if there's a cat or dog.
4. The door to a room or cabinet or to a car left partially open is a hazard to me.
5. At dinner I will not have trouble with ordinary table skills.
6. Don't avoid words like "see." I use them, too I'm always glad to see you
7. I don't want pity. But don't talk about the "wonderful compensations" of blindness. My sense of smell, touch, or hearing did not improve when I became blind. I rely on them more and, therefore, may get more information through those senses than you do - that's all.
8. If I'm houseguest, show me the bathroom, closet, dresser, window-the light switch, too. I like to know whether the light are on.
9. I'll discuss blindness with you if you're curious, but it's an old story to me. I have as many other interest as you do.
10. Don't think of me as just a blind person. I'm just a person who happens to be blind.
Rabu, 22 November 2017
Cara Menuntun Tunanetra (part 2)
Menuntun tunanetra bisa dikatakan hal yang mudah namun apabila tidak tepat caranya justru akan tidak nyaman dan menjadi beban.
Cara Memegang:
Disaat memegang, bukan anda yang memegang tangan/ lengan penyandang tunanetra. Melainkan sang tunanetra yang memegang lengan anda pada bagian di atas sikut. dengan empat jarinya berada di bagian dalam dan ibu jarinya di bagian luar lengan anda.
Pegangan harus cukup kokoh
tetapi tidak terasa mengikat. Posisi dii sebelah kiri atau sebelah kanan tergantung
kesukaan dan kebiasaan (gambar 1)
Apabila yang dituntun adalah anak kecil atau lebih rendah dari badan anda, posisi anak bisa memegang lengan bagian bawah anda (gambar2) atau menggenggam jemari anda (gambar 3)
dengan demikian baik penuntun maupun penyandang tunanetra bisa leluasa bergerak tanpa harus menjadi beban dan mencelakakan salah satu.
Apabila yang dituntun adalah anak kecil atau lebih rendah dari badan anda, posisi anak bisa memegang lengan bagian bawah anda (gambar2) atau menggenggam jemari anda (gambar 3)
dengan demikian baik penuntun maupun penyandang tunanetra bisa leluasa bergerak tanpa harus menjadi beban dan mencelakakan salah satu.
Selasa, 21 November 2017
Cara Menuntun Tunanetra (Part 1)
Seringkali orang ingin
membantu Tunanetra untuk memudahkan pergerakan dengan cara menuntun. Sebelum
kita menuntun tunanetra, sebaiknya kita
komunikasikan dahulu siapa kita dan setelahnya (atau sambil)
mengkomunikasikan tawaran anda untuk menuntun,
Tidak serta merta langsung meraih tangan/ lengan Tunanetra dan kemudian langsung menuntun atau menggandengnya. Alih alih sang tunanetra akan berterimakasih, alhasil malah melakukan perlawanan karena tiba tiba merasa ada yang menarik tangan/ lengannya.
Setelah menyapa dan menawarkan diri apa yang harus dilakukan?
Tidak serta merta langsung meraih tangan/ lengan Tunanetra dan kemudian langsung menuntun atau menggandengnya. Alih alih sang tunanetra akan berterimakasih, alhasil malah melakukan perlawanan karena tiba tiba merasa ada yang menarik tangan/ lengannya.
Setelah menyapa dan menawarkan diri apa yang harus dilakukan?
Sentuhkanlah punggung
tangan anda ke punggung tangannya.
Ini dimaksudkan agar orang tunanetra dapat mengetahui dengan pasti bagian lengan anda yang harus dipegangnya sebagai tumpuan tuntunan.
~bersambung part2
Ini dimaksudkan agar orang tunanetra dapat mengetahui dengan pasti bagian lengan anda yang harus dipegangnya sebagai tumpuan tuntunan.
~bersambung part2
Relawan/ Volunteer/ Pekerja Sosial
Whateverlah namanya
ada
yang bertanya ke ibuk. Kok mau maunya sih terjun
menjadi relawan mau repot menjadi pendamping, mau diribetin. Kok mau maunya
juga harus kesana kemari ngurusin anak orang pulak, bukan anak sendiri. Masih kudu
keluar duit sendiri karena gak ada lembaga yang menyokong untuk pengeluaran.
gak usah oranglain. orangtua/ mertua/ saudara sendiri pun seringkali gagal paham kenapa si ibuk ini mau maunya ngerjain beginian. Yang jelas, hanya teman teman relawan juga yang bisa memahami “kenapa mau”
kilas
balik dahulu beberapa tahun silam, ada beberapa kejadian yang melatar belakangi
perubahan pola pikir ibuk.
12tahun
lalu saat berada di Singapore dimasa pengobatan Balqiz di KKH paska operasi
laser ROP pada kedua matanya, kami dikunjungi oleh pekerja social yang ada di
KKH. Apa yang menjadi kendala kami, apa yang kami rasakan, apa yang menjadi
kegundahan hati, apa yang bisa mereka lakukan untuk membantu kami. Keberadaan
pekerja social di KKH sangat membantu kami dalam banyak hal. Siap dihubungi
kapan saja. Dan keberadaan mereka berbeda tugas dengan bagian Humas Pasien
Internasional KKH.
Interaksi
berikutnya saat itu ibuk sedang berada di ruang laktasi, masih di KKH. Berada di
ruang laktasinya serasa takjub tak henti. Tempat yang nyaman, ada sofa, ada
bed, kemudian ada berpuluh botol steril yang siap digunakan. Ada pompa asi
elektrik. Dan yang tidak kalah serunya adalah perpustakaan mini yang terdapat
banyak buku tentang asi, tentang perawatan bayi, dan tentang bayi premature. Awalnya
jika bertemu dengan para ibu lain ya cuma senyum saja. Jujurnya sih sebab rasa
minder karena asi yang berhasil ibuk perah tidak pernah dalam jumlah banyak. Pertemuan
intens tidak bisa dielakkan. Dan akhirnya saling menyapa juga. Dan barulah
paham bahwa adanya sebuah parent support grup yang mewadahi mereka. Secara berkala
dan bergantian ibu ibu yang bayinya sudah lulus nicu datang dan memberikan
support. Saling bercerita, nangis bareng, mendapatkan tips dan berbagai saran. Saling
menjenguk bayi bayi di nicu. Adalah sebuah awal perkenalan ibuk atas sebuah
komunitas dan parent support grup.
selang berlalu waktu, saat telah mendapatkan diagnosa kondisi balqiz, dimana mendapat banyak kesulitan dan kendala serta minimnya informasi yang sangat ibuk butuhkan dalam menstimulasi maupun bagaimana harus melatih balqiz yang tunanetra. 10-12 tahun lalu informasi lewat internet pun tidak sedahsyat seperti saat ini, dimana sudah sangat mudah memperoleh informasi terlepas dari hoax atau informasi valid.
selang berlalu waktu, saat telah mendapatkan diagnosa kondisi balqiz, dimana mendapat banyak kesulitan dan kendala serta minimnya informasi yang sangat ibuk butuhkan dalam menstimulasi maupun bagaimana harus melatih balqiz yang tunanetra. 10-12 tahun lalu informasi lewat internet pun tidak sedahsyat seperti saat ini, dimana sudah sangat mudah memperoleh informasi terlepas dari hoax atau informasi valid.
Saat
mendapatkan sebuah no kontak seseorang yang juga memiliki anak tunanetra serasa
mendapatkan sebuah oase, ada yang bisa dituju untuk bertanya, namun ternyata
respon yang ibuk dapatkan sangat jauh dari harapan.
Saat
itu akhirnya terbersit dalam hati bahwa kelak, jika ada yang bertanya atau
perlu support tentang anak premature tentang
anak abk tunanetra/ gangguan penglihatan, apa yang bisa ibuk bantu/ berikan
akan ibu usahakan. Ibuk gak punya uang banyak tapi ibuk bisa bantu yang lain. sebagai teman, ibuk bisa bantu sebagai
pendamping, ibuk bisa bantu ditanya kapan saja.
jadi itulah titik awal langkah ibuk sebagai relawan atau apalah terserah disebut apa. Hanya berharap selalu diberikan kesehatan, tetap diberikan kerendahan hati dalam menjalani skenarioNYA ini. Dan berharap menjadi amal jariah ibuk kelak. Mohon doanya
Jumat, 17 November 2017
Tongkat Untuk Tunanetra
Tongkat untuk Tunanetra
Jenis Tongkat
Tongkat Panjang (longcane)
Tongkat Lipat (collapshible cane).
Bagi tunanetra yang keterampilan menggunakan tongkatnya belum
sempurna lebih baik tidak usah menggunakan tongkat lipat lebih dulu karena akan
lebih aman dan selamat jika menggunakan tongkat panjang. Tongkat lipat akan
lebih baik bila digunakan oleh tunanetra yang benar-benar sempurna dalam tehnik
penggunaan dan akan efektif dan efisien jika tunanetra sudah mandiri.
Syarat dan ciri-ciri tongkat panjang sebagai berikut:
1. Panjang:
Panjang tongkat yang dibuat oleh pabrik adalah 132 cm (52 inc). tongkat ini
boleh dipotong disesuaikan dengan tinggi badan dan lebar langkah tunanetra.
Tinggi tongkat seukuran pusar pengguna, agar tidak kepanjangan atau kependekan
dengan si pengguna.
2.
Batang:
batang tongkat dibuat dari bahan alumunium yang kuat tapi ringan dengan garis
tengah 12.5 millimeter (0.5 inc)
3. Berat
: berat tongkat keseluruhan kira-kira 175 gram atau anatara 6-8 cunces. Jadi
harus ringan, untuk menghindari kelelahan dan ketegangan pada pergelangan
tangan serta lengan tunanetra.
4. Warna:
Harus memenuhi syarat seperti yang tercantum dalam penetapan lalu lintas jalan
perhubungan Pen-LP (surat keputusan Direktur Perhubungan dan Pengairan tanggal
26 sept 1936, No. W/1/9/2, lembaran-lembaran tambahan NP. 13699, seperti telah
dirobah dan ditambah terakhir dengan penetapan Menteri Perhubungan tanggal 1 Juli 1951 No. 244/Ment,
Lembaran tambahan no. 144) pasal 4a
5.
Ujung:
terbuat dari plastic atau nylon yang keras yang bila sudah using dapat dilepas
dan diganti dengan mudah pleh tunanetra. Ukuran ujung tongkat, 6 cm garis
tengah 18 atau 19 mm dan beratnya tidak lebih dari 20 gram
6. Daya
tahan: tongkat harus kuat menahan pemakaian yang keras di jalan, tidak mudah
pecah dan bengkak dalam keadaan yang biasa.
7.
Kekakuan:
harus benar-benar kaku, sehingga dapat untuk menentukan arah dan jarak
8. Daya
hantar: tongkat harus dapat digunakan untuk memeriksa dan meraba permukaan
tanah dan benda-benda lainnya dengan ujungnya. Jadi harus mampu menyampaikan
getaran.
9. Keindahan:
tongkat harus mempunyai keindahan, sehingga menarik bila dipandang dan tidak
merendahkan derajat pemakainya
10. Kaitan/crook: dibuat sekecil mungkin,
supaya tidak mengait benda-benda lain dengan bahan yang tidak menambah berat
tongkat melainkan hanya untuk keseimbangan
11. Pegangan/grip: pegangan tongkat dapat
dibuat dari karet, plastic atau bahan lain yang enak dipegang dant idak licin.
Panjang pegangan 18,5 cm. Bagian kanan pegangan dibuat datar untuk menempatkan
telunjuk dan tepat searah dengan kaitan.
Syarat dan ciri-ciri Tongkat lipat (Collapshible cane):
1. Sambungan:
sambungan harus dibuat yang kokoh dan kuat untuk melindungi tali/kabel yang
menjadi pegangan serta tidak mudah lepas. Jumlah sambungan harus ganjil,
misalnya 3 atau 5 supaya kalau dilipat tunanetra tidak memegang ujung tongkat
yang kotor. Jumlah sambungan juga harus dibuat seminim mungkin supaya kalau
dilipat tidak terlalu besar.
2.
Kabel/tali:
didalam pipa tongkat lipat kabel/tali untuk bahan penegang harus dibuat yang
kuat, sehingga sambungan benar-benar rapat, kokoh dan tahan lama dipakai. Kabel
ini harus mudah diganti oelh tunanetra sendiri.
3. Lipatan:
tongkat harus mudah dilipat, sehingga mudah disimpan oleh tunanetra jika tidak
digunakan. Lipatan dibuat yang kecil agar mudah disimpan dalam tas atau didalam
tas atau dalam saku jacket.
4.
Ciri
lainnya sama dengan tongkat panjang.
Bagian-bagian tongkat:
1.
Kaitan
(Crook) untuk tongkat panjang
2.
Pegangan/Grip
3.
Reflector
4.
Ujung
tongkat/tip
note : sumber @yanikasfam
Langganan:
Postingan (Atom)