Rabu, 25 Juli 2007

menuntun tunanetra

Jika cara anda menuntun seorang tunanetra tidak tepat, maka orang tunanetra itu tidak akan merasa nyaman dan anda sendiri akan merasa membawa beban yang berat. Tetapi dengan cara yang tepat, anda berdua akan membentuk "tim tandem" yang saling menyenangkan. Bagaimanakah cara menuntun yang baik itu?

Kontak Pertama:
Setelah (atau sambil) mengkomunikasikan tawaran anda untuk menuntun, sentuhkanlah punggung tangan anda ke punggung tangannya. Ini dimaksudkan agar orang tunanetra dapat mengetahui dengan pasti bagian lengan anda yang harus dipegangnya sebagai tumpuan tuntunan.

Cara Memegang:
Bukan anda yang memegang orang tunanetra yang anda tuntun itu, melainkan dia yang memegang lengan anda pada bagian di atas sikut, dengan empat jarinya berada di bagian dalam dan ibu jarinya di bagian luar lengan anda. Pegangan harus cukup kokoh tetapi seringan mungkin sehingga tidak terasa mengikat. Di sebelah kiri atau sebelah kanan? Tergantung kesukaan dan kebiasaan.

Posisi Pegangan:
Pada saat berjalan, lengan anda harus tetap lemas. Lengannya juga lemas, sikutnya bengkok membentuk sudut 90 derajat, berjalan di samping anda setengah langkah di belakang. Dengan demikian, dia akan merasakan gerakan jalan anda: cepat/lambat, naik/turun, belok/lurus, dsb.

Jalan Sempit:
Bila berjalan melalui jalan sempit seperti jalan di antara baris-baris kursi, pintu, pematang, dsb., yang tidak cukup dilalui dua orang yang berjalan berdampingan, tariklah lengan anda ke arah belakang punggung anda. Dia akan merespon dengan meluruskan lengannya sehingga akan berjalan satu langkah di belakang anda. Adalah penting bahwa lengannya tetap lurus selama berjalan seperti ini agar dia tidak menyandung kaki anda. Bila jalan sempit itu telah terlampau, kembalikanlah lengan anda ke posisi normal (di samping), maka dia pun akan merespon dengan kembali ke posisi semula.

Membuka/Menutup Pintu:
Pada saat berjalan menuju pintu tertutup, sebaiknya dia berjalan di sebelah engsel pintu. Anda yang membuka pintu, dan biarkan dia yang menutupnya.

Melewati Tangga:
Berhentilah sejenak pada saat anda tiba di awal tangga. Katakan kepadanya apakah tangga itu naik atau turun. Anda harus selalu berada satu anak tangga di depan. Berhenti sejenak lagi pada saat anda sudah tiba di akhir tangga untuk mengkomunikasikan kepadanya bahwa dia akan melewati anak tangga terakhir.

Melangkahi Lubang:
Anda harus selalu mengatakan kepadanya bila akan melangkahi lubang. Berhenti sejenak sebelum melangkah, dan anda harus melangkah lebih dulu agar dia dapat memperkirakan seberapa jauh dia harus melangkah.

Duduk di Kursi:
Untuk mempersilakannya duduk, rabakanlah tangannya ke sandaran atau tangan kursi, maka selanjutnya dia dapat mencari sendiri tempat duduknya. Jangan berusaha memposisikan pantatnya ke tempat duduk itu.

Naik Ke Dalam Mobil:
Bila pintu mobil tertutup, rabakanlah tangannya ke handel pintu. Bila pintu mobil sudah terbuka, rabakanlah tangannya ke tepi atap mobil itu atau ke tepi dindingnya bila mobil itu terlalu tinggi. Selanjutnya percayakanlah kepadanya untuk mendapatkan tempat duduknya sendiri.

Kepada tunanetra yang belum berpengalaman, mungkin anda perlu memberi lebih banyak penjelasan tentang arah perjalanan, maksud pergerakan anda serta tindakan apa yang anda harapkan darinya. Namun tak lama kemudian anda akan mendapati bahwa gerakan tubuh anda saja sudah cukup untuk menjadi media komunikasi yang efektif dan efisien.

disadur dari artikel Bapak Didi Tarsidi
ketua Pertuni (Persatuan Tunanetra Indonesia)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

halo ibu prima. saya juga seorang penyandang tunanetra. salut buat ibu yang mengingatkan saya pada mama saya yang sekarang udah nggak ada. salam hangat. hendra jatmika bandung. fs hendramusic@telkom.net, ym singlepianoman@yahoo.com. add me ok.