Buat
sebagian anak, lift, escalator/ tangga berjalan merupakan sesuatu yang
menakutkan. Melihatnya berjalan dan tidak jarang bunyinya yang berderit
seringkali membuat ngilu pendengaran.
Terutama
lagi pada anak-anak dengan gangguan penglihatan, baik itu low vision maupun
tunanetra. Seolah-olah terbang terangkat tanpa mengetahui apa yang sedang
dinaiki.
Kemudian
pada sebagian besar anak dengan gangguan penglihatan memiliki indera
pendengaran sehingga bunyi yang samar pun bisa mereka dengar termasuk disana
bunyi derit escalator/ lift yang mungkin buat kita tidak terdengar. Bunyi derit
tersebut seringkali membuat ngilu pendengaran mereka.
Kondisi
kondisi tersebut seringkali berbuntut tantrumnya anak saat harus menaiki lift/
escalator. Ditambah minimnya informasi yang sampai kepada mereka dari
orangtuanya mengenai lingkungan yang ada di sekitar.
Seorang
sahabat bertanya, kok bisa sih acis anteng banget naik escalator dan malah kalo
ke mall yang dicari lift.
Bukan
hal yang mudah namun bukan hal yang sulit juga dilakukan. Dikatakan Bukan hal
yang mudah disini, karena prolognya proses pembelajaran, proses konsepnya cukup
panjang dan memakan waktu yang cukup lama, kenapa cukup lama disini karena
menyangkut pembiasaan dari orangtuanya serta konsistensi atas sebuah konsep.
Namun ternyata saat dilakukan juga tidak sesulit yang dibayangkan.
Mulai
kapan pembelajarannya bund? Sejak bayi,… lhaaaa kok sejak bayi? Emang bayi udah
bisa melangkah sendiri naik ke escalator atau lift? Hehehehehe…. Nyecokin
konsepnya yang sudah aku lakukan sejak bayi.
Bayi/
anak, ibarat spon yang menyerap segala informasi yang diterima melalui berbagai
panca inderanya. Dan disaat yang tepat akan dikeluarkan kepandaiannya dalam
mengolah menyerap berbagai informasi tersebut.
Belajar
bersama balqiz yang memiliki gangguan penglihatan, tertanam dalam benakku bahwa
yakin bahwa indera yang lain akan lebih ditajamkan untuk menggantikan fungsi
indera penglihatannya. Namun seiring berjalan waktu juga, akhirnya aku belajar,
bahwa aku punya tugas untuk mengasah/ menstimulasi indera lainnya agar semakin
tajam apa yang sudah tajam tadi. Buat aku, tajam alami saja belum cukup, aku
harus mengasahnya, harus menstimulasinya lagi.
Kembali
ke topik semula urusan lift dan escalator. Fasilitas lift dan escalator saat
ini pasti dengan mudah bisa kita jumpai di berbagai mall sekitar kita.
Sebelum
bepergian bunda sudah nyekokin macam-macam informasi kepada balqiz (ini sudah
bunda lakukan sejak balqiz bayi). Mau kemana kita, dengan siapa saja pergi,
pakai apa kita pergi, mau ngapain kita disana, kenapa harus ke sana, apa saja
yang mungkin ada disana, berapa lama perjalanan menuju ke sana, kondisi
dijalanan nanti bagaimana, berapa lama kita berada di mall, dan sebagainya.
Tidak
cukup hanya itu, saat berbagai pergerakan bersama balqiz pun sebisa mungkin
disampaikan.
Contoh dibawah ini, adegan/ obrolan setelah sampai di depan mall, balqiz masih bayi dan berada dalam gendongan.
Contoh dibawah ini, adegan/ obrolan setelah sampai di depan mall, balqiz masih bayi dan berada dalam gendongan.
‘dek…
kita sudah sampai di mall ya. Adek sama ibu turun di lobby, ayah dan kakak
lanjut parkir mobil dulu nanti kita ketemu lagi di dalam mall ya dek’
‘dek,
kita masuk ke mall ya… kita lewati pintu otomatis dek, jadi pintunya ada
monitor sensornya, kalo ada yang bergerak di depan pintu, pintunya akan
otomatis terbuka’*
Note
: * di sesi lain, ada pembelajaran tersendiri mengenai pintu otomatis ini
‘dek,
mall nya bertingkat, ada 5 lantai ya. Seperti rumah kita, tapi kalau rumah kita
hanya dua lantai saja jadi cukup pakai tangga. Nah kalo pakai tangga kan capek
dek,… kita naik escalator ya. Escalator itu tangga berjalan. Jadi kita naik ke
anak tangganya, dan saat melangkah naik tangga dengan menggunakan kaki kanan
ya….. hayoooo yang mana kaki kanan adek,… nah ini dia kaki kanan adek (sambil
dipegang kaki kanannya untuk menunjukkan mana kaki kanannya). Oyaaa dek, ini
tangganya akan berjalan sendiri dibantu dengan mesin, nyampe deh kita ke lantai
atasnya. Nah, ini ibu melangkah naik ya dek,… trus ini pegangan tangganya,…
hehehehe bergerak ya dek (sembari tangan balqiz dipegangkan ke sisi pegangan tangga
dan bisa merasakan pergerakan escalator). Dek,… ibu sekarang hati hati nih
bentar lagi kita sampai di lantai atas, naahh ini kaki ibu sudah melangkah lagi
di lantai atas, kita melangkah juga dengan kaki kanan, dan tandanya kalau kita
sudah hampir sampai, pegangan tangganya mendatar ya dek, sudah tidak bergerak
ke atas lagi. Kita sudah naik escalator. Whuaaa hebat ya adek balqiz sudah bisa
naik eskalator’
--
‘dek,…
kita sekarang naik lift ya. Ini ada tombol untuk memilih mau naik ke atas atau
ke bawah. Yuk adek yang tekan tombolnya ya (mengarahkan jemari acis untuk
menekan tombol, kita pilih yang atas, karena kita mau naik. Whuaa dek,
tombolnya ada huruf braillenya lho… bacaannya ‘up’ artinya naik. Nah kita
tunggu dulu ya sebentar’
‘dek,
lift nya sudah datang, pintunya sudah terbuka, yuk kita masuk ke dalam lift.
Nanti kita tekan tombol angka 3 ya, kita
mau naik ke lantai 3, adek bantu tekan tombol ya. Hmmmm berasa kan ya dek kita
naik… senang ya dek. Ahaaa bentar lagi kita sampai, nah pintunya sudah terbuka,….
Whuaaa adek acis hebat sudah bisa naik lift.
Obrolan,
dan informasi tersebut rutin bunda lakukan berulang-ulang. Membuat dalam
suasana menyenangkan. Dan aku adalah tipikal orang yang masa bodoh dan cuek
dengan apa yang ada dalam pikiran orang/ pandangan orang terhadap apa yang
sedang kami. toh gak kenal juga, ngapain dijadikan beban. Sudah jadi tontonan
gratis buat mereka apa yang bunda lakukan kepada acis. Cuek saja!!
Sehingga
disaat balqiz sudah ‘mengerti’ atas lingkungannya, sudah mulai besar usianya,
berbagai konsep yang sambil lalu itu sudah melekat pada dirinya, dan tidak
sulit lagi saat dia harus melakukannya sendiri.
Di
saat balqiz sudah mulai lancar berjalan, sudah sulit digendong dan sudah tidak
tertarik lagi untuk duduk di strollernya, konsep saat naik lift/ escalator
sudah matang, tinggal mengajarinnya untuk bagaimana melangkahkan kakinya saat
naik dan turun escalator, juga saat bagaimana di lift.
Hehehehe…
peer lagi kaaann.. dan hal ini juga demikian, tidak mudah dilakukan tapi tidak
sesulit yang dibayangkan juga.
Poin
yang penting dalam pembelajaran ini, adalah kaki mana untuk melangkah, posisi
tangan pada pegangan tangan escalator, tanda yang harus diperhatikan saat harus
melangkah.
Jelang
naik escalator, bunda selalu bilang, ‘dek escalator, sebelah kanan’ artinya
kita mau melangkah naik escalator dan pegangan tangan ada di sebelah kanannya.
Jadi saat itu balqiz harus segera melangkahkah kaki kanannya dan berbarengan
meletakkan tangan kanannya di pegangan escalator, kita sebagai pendamping dan
sebagai orang yang ‘awas’ tentu akan bisa dengan mudah dan cepat menyesuaikan
diri. Yang penting saat naik escalator, aku hanya perlu mengawasi balqiz,
sementara ayah mengawasi kk alifah di belakang kami. naaahhh gimana kalo harus
pergi bertiga saja? Perlu konsentrasi tinggi dan minimal keribetan atas bawaan
di tangan, artinya pakai tas ransel atau tas selempang sehingga kedua tangan
kita terbebas untuk menggandeng dua anak balita. Perlu juga jadi perhatian
penggunaan sepatu/ alas kaki untuk anak-anak. Aku lebih suka memakaikan mereka
sepatu kets agar mudah bergerak dan tidak terjadi selip yang biasa seringkali
terjadi pada alas kaki dari plastik.
Untuk
naik lift saat balqiz sudah mengerti, arahkan dia untuk mencoba mencari dan
menekan tombol lift, kemudian buat suasana menyenangkan, dan saat memasuki lift
jika tidak ramai, aku beri kesempatan balqiz untuk menekan tombol lantai yang
menjadi tujuan, terlebih lagi apabila tombolnya sudah dilengkapi huruf Braille,
dia akan senang sekali mencari sendiri lantai tujuan.
Laaaannntassss
gimana dong bund, kalo belum sempat ditanamkan konsep sewaktu bayi/ kecil,
anaknya dah gede nih, dan ortunya baru juga mulai belajar, anaknya tantrum
terus kalo mau naik lift, jadi perhatian orang semoll, ngamuk, nangis,
jejeritan…. Bikin frustasi ortunya nih,…. Niat mau seneng seneng jadi bĂȘte dan
ujung ujungnya besok besok jadi males mau pergi pergi karena sudah terbayang
keribetan dan tantrumnya.
Hehehehehe….
Jangan dong yaaa…. Jangan sampai bikin malas pergi, karena kapan anak bisa
berkembang, bisa belajar, jika tidak berproses? Demikian juga orangtuanya.
Truuusss
sebenarnyaaaa saat anak tantrum di depan umum, yang ujian sebenarnya bukan
anaknya. Tapi orangtuanya.
Satu
hal yang harus disepakati oleh suami-istri dengan anak gangguan penglihatan
saat bepergian adalah, satu visi, satu hati. Niatkan pergi untuk santai, untuk
proses belajar. Apapun kondisinya, apapun tantrumnya anak, jangan dijadikan
sumber kebete-an, jangan dijadikan sumber emosi, jangan dijadikan sumber
ketakutan.
Belum
keluar rumah sudah pusing mikirin gimana nanti kalo tantrum. Hehehehehe,…
mendingan mikir, kalo nanti anak tantrum, plan a gagal, plan b jalan. Dan
seperti di awal bunda sampaikan. Yuk belajar memberikan informasi sebanyak
banyaknya kepada anak. Diawal sudah disampaikan kira kira apa saja yang harus
diinformasikan.
Kemudian,
coba buat simulasi naik escalator dengan menggunakan tangga dirumah. Jadi
pura-pura mau jalan jalan ke mall dan mau naik escalator.
Daaannn
bermain masuk ke dalam lemari baju untuk berpura-pura naik lift…. Hehehehe ini
permainan yang balqiz banget,.. sampai sekarang dia suka pretending naik lift
dengan masuk ke lemari baju.
Cara
lain juga menggunakan simulasi permainan saat jelang tidur. Saat jelang tidur,
bunda sering bercerita dan kita berpura-pura, hari ini kita bisa berpura pura
sedang berada dipantai, besok malam kita berada di gunung,… buat sebuah cerita
dengan suasana menyenangkan, konteks bermain, letakkan telapak tangan anak
diatas telapak tangan kita dan gunakan sebagai alat bantu saat memperagakan
gerakan escalator, gerakan naik turun lift.
intinya, buat suasana santai, jaga suasana hati kita sebagai orangtua dalam kondisi santai dan menyenangkan.
intinya, buat suasana santai, jaga suasana hati kita sebagai orangtua dalam kondisi santai dan menyenangkan.
anak
anak kita dengan cepat akan bisa merasakan suasanya tidak nyaman jika suasana
hati orangtua juga tidak nyaman.
Yuuuukkkk
dicobaaa
#semogabisamenjadiberkahbuatsemua
#belajar
#belajar
1 komentar:
Posting Komentar