Louise Braille dilahirkan di
desa Coupvray, 40km dari kota Paris pada tanggal 4 Januari 1809. Pada usia 3
tahun Louise Braille menjadi tunanetra karena matanya terkena pisau dan menjadi
rusak karena infeksi. Tahun 1819 ketika berusia 10 tahun Louise Braille mulai
bersekolah pada L’eecie des Yeunes Avengles di kota Paris, yaitu sekolah
tunanetra pertama yang didirikan oleh Valentine Hauy tahun 1784.
Louise Braille tergolong anak
yang cerdas serta memiliki kemauan yang keras. Setelah tamat sekolah ia bekerja
pada sekolah tersebut sebagai guru (repetitor). Pada saat itu tulisan yang
digunakan ialah tulisan latin yang dicetak timbul (relief).
Sejaman dengan kehidupan
Louise Braille, seorang opsir tentara berkuda Perancis yang bernama Charles
Barier menciptakan tulisan titik=titik timbul yang dapat dibaca dengan cara
diraba. System tulisan ini terdiri dari 12 buah titik. Louise Braille sangat
tertarik kemudian menyimpulkan bahwa tulisan system titik-titik timbul lebih baik
daripada tulisan relief latin.
Louise Braille menyusun
kembali system tulisan titik-titik menjadi 6 titik saja, yang kemudian dikenal
sebagai tulisan Braille. Ia ciptakan system tulisan itu untuk keperluan bahasa,
berhitung dan music. Ia juga menciptakan alat tulisnya yang diberi nama
reglette.
Pada tahun 1836 sistem
tulisan Braille sudah lengkap dan sejak itu perjuangan Louise Braille diarahkan
untuk memperkenalkan system tulisan Braille agar dapat dipergunakan secara luas
dan umum sebagai tulisan resmi orang-orang tunanetra.
Pada tahun 1860 dalam suatu
konggres Internasional, tulisan Braille diterima sebagai tulisan resmi bagi
sekolah-sekolah tunanetra diseluruh Eropa Barat.
Pada tanggal 6 Januari 1852
Louise Braille wafat. Untuk mengenang jasa-jasa Louise Braille maka di desa
kelahirannya Coupvray, didirikan Monumen Louise Braille dan setiap tanggal 4
januari diperingati diseluruh dunia sebagai hari Braille.
Perkembangan Tulisan Braille
di Indonesia
Tulisan Braille mulai
dipergunakan di Indonesia sejak tahun 1901 ketika Dr. Westhoff mendirikan
sekolah Blinden Instituut di Bandung. Sampai pada masa proklamasi kemerdekaan
RI, system tulisan Braille yang dipergunakan di Indonesia adalah system tulisan
Braille dari Negara Belanda.
Setelah pemerintah mendirikan
SGPLB di Bandung tahun 1952, perkembangan pendidikan bagi anak tunanetra
meningkat dengan pesat dan pada tahun 1972 dengan diberlakukannya Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan, maka tulisan Braille pun menyesuaikan dengan EYD
tersebut, dan sekaligus disusun system Tulisan Singkat Braille Indonesia
(TUSING).
Pada tahun 1974 Pedoman
penulisan Braille menurut EYD dibakukan. Selanjutnya Direktorat Pendidikan
Dasar melakukan penyempurnaan system tulisan Braille Indonesia tersebut melalui
kegiatan lokakarya dan seminar-seminar agar sesuai dengan kaidah-kaidah pada
tulisan cetak/ latin. Pada tahun 1999 diterbitkan buku Pedoman Penulisan
Braille Indonesia yang telah disempurnakan yang isinya mencakup seluruh
lambing-lambang dalam bidang bahasa, matematika, IPA, Kimia, Musik dan Arab.
disadur dari Resource Centre - Braille Books Production
Tidak ada komentar:
Posting Komentar