balqiz usia 26 hari
(pertama kali bisa mengendong balqiz, nyium balqiz &
melihat wajahnya tanpa selang NGT & O2)
balqiz & alifah di konsulkan kepada dokter spesialis mata (dr.W.Girsang SpM) pertama kali saat berusia 5 minggu (
satu minggu setelah kehilangan adek tantri) . saat itu baik balqiz maupun alifah sudah keluar dari ruang ICU dan berada di ruang PERINA
RSIA Hermina tetapi masih di dalam inkubator. hasilnya adalah alifah menderita ROP stadium I dan balqiz menderita ROP stadium III.
tidak puas dengan hasil tersebut, oleh dr.Idham Amir, SpA (K) mereka berdua di konsulkan kepada
dr. Sjakon G. Tahija, SpM pada Jumat tanggal 28 Oktober 2005. menurut dr. Sjakon kondisi Alifah lebih bagus dan hanya diperlukan pemeriksaan rutin tanpa terapi apa-apa. Alhamdulillah pemeriksaan terakhir Alifah (tiga bulan kemudian) menunjukkan bahwa kondisi matanya sehat tanpa ada kelainan.
setelah memeriksa balqiz, tanpa berbicara banyak dahulu kepada ayah bunda, dr.Sjakon langsung menelpon
Prof.dr. Ong Sze Guan di Singapore dan menjelaskan kondisi terakhir dari balqiz yang ternyata bukan stadium III tetapi stadium V. shock juga karena tanpa persetujuan ayah bunda dulu, dr.Ong segera memutuskan dalam 3 hari balqiz sudah harus berada di Singapore untuk operasi!!
whuaaaaaaaaa.... nangis di dalam hati, soale masih di dalam ruang periksa.
ada apa ini? ada apa ini?
dr.Sjakon menjelaskan apa yang sedang dihadapi oleh balqiz, bahwa balqiz sekarang sedang berpacu dengan waktu memerangi ROP-nya. jika kita berkeinginan untuk mencoba menolong balqiz, harus segera dilakukan tindakan operasi laser. dan kenapa harus di Singapore? dr.Sjakon sendiri sebenarnya bisa melakukan operasi tersebut dan peralatan yang diperlukan sebenarnya juga sudah ada di
klinik beliau, hanya tetapi... SDM lain sebagai penunjang dari operasi tersebut yang belum ada. sehingga beliau menganjurkan untuk membawa balqiz ke Singapore.
seberapa besar harapan dari balqiz? 50 : 50!
kemudian ada resiko perjalanan. resiko apnoe (berhenti napas) karena otomatis balqiz harus lepas dari inkubator, harus lepas dari ketergantungan O2. memerlukan diskusi panjang dengan pihak rumah sakit mengenai segala macam resiko yang harus kita hadapi. kemudian harus juga bernegosiasi dengan pihak maskapai penerbangan; harus sewa O2 untuk prepare selama penerbangan; harus menandatangani surat bahwa jika terjadi sesuatu selama perjalanan berada diluar tanggung jawab maskapai penerbangan (whuaaa....!!)
tapi.... gimana dengan paspor balqiz?
pemeriksaan itu hari Jumat pukul 14.00 wib. sedangkan paling lambat hari Senin sudah harus berada di Singapore. whuaaaaaaaa.... nangis lagi! sementara wilayah rumah ayah bunda masuk bekasi jadinya ya imigrasinya kudu ke karawang sana. whuaaaaaaaaa.... gekmana ini?!!
satu hal yang patut bunda syukuri, begitu bunda keluar rumah sakit setelah melahirkan, bunda segera ngurus bikin akte kelahiran dan KK baru. jadinya pas kudu nyelesaiin administrasi imigrasi, balqiz udah punya akte dan udah masuk di dalam KK ayah.
tangan ALLAH SWT menolong, dan rejeki dari balqiz. udah gak jelas lagi jalurnya dari mana, pokoke dari teman ke teman, ke si A, si B, mpe si X, Y, Z akhirnya sampailah ujungnya adalah salah satu pejabat dari kantor imigrasi Karawang. akhirnya di hari minggu 30 Oktober 2005 setelah simlabim jadilah paspor balqiz, dengan fotonya yang masih ber-
pose berada di dalam inkubator!!
mulailah dirancang skenario perjalanan dari Hermina dengan ambulance ke bandara Cengkareng. Alhamdulillah begitu banyak yang membantu, udah gak jelas lagi hubungannya si A si B-nya. mpe di atas pesawat pun, sang pramugari dan pilotnya adalah kawan dari sepupu bunda. benar-benar disitulah KUASA dan BERKAH ALLAH SWT benar-benar mengucur buat balqiz. SUBHANALLAH.
Senin tanggal 31 Oktober 2005 berangkatlah ayah bunda dan balqiz di dampingi oleh dr. Freddy Hutasoit dan suster Ellyn dari
RSIA Hermina menuju
KKH Singapore. Saat itu balqiz berusia 38 hari dengan berat badan 1200 gram. dan hanya beberapa hari saja menjelang hari raya Idul Fitri.