Rasa
haru dan bangga bergemuruh di dalam benak saat melihat penampilan Balqiz hari
Minggu, 15 Desember 2013 di Mall Citra Grand – Cibubur dalam rangka Konser
Musik Hari Ibu. Konser musik ke-2 yang diikuti oleh Balqiz dalam tahun 2013
ini, namun baru konser yang ini bergabung bersama banyak siswa dari
tempat kursus musik lain, dan bertempat di sebuah mall yang cukup besar.
Walaupun
sesaat sebelum tampil Balqiz sempat mengalami tantrum, bersyukur seiring dengan
perjalanan usia dan kematangan emosinya, kondisi tantrum sudah bisa diatas dan
dikuasai dengan cepat. Sehingga di saat namanya dipanggil untuk tampil, Balqiz
seketika siap dan bisa tenang.
Daaaannnn,…
walaupun setelah tampil akhirnya Balqiz tantrum kembali, tetap ringan hati
memeluk erat dirinya
Sudah lewat setahun Balqiz belajar musik di Rumah Musik Larasati. Tidak mudah menemukan tempat belajar musik yang tepat baginya.
Kilas
balik, Balqiz mulai memperlihatkan ketertarikannya pada musik sejak usia 3
tahun. Mungkin karena sejak dari kandungan, saat dalam perawatan di NICU,
berlanjut tumbuh kembang Balqiz di rumah selalu aku perdengarkan dengan
berbagai alunan musik, tilawah Quran, berbagai suara, ditambah dengan kondisi
tunanetranya yang akhirnya menjadikan indera pendengarannya lebih dominan
membuat dirinya peka pada berbagai nada.
Berawal
dari piano mainan yang menjadi sarana berekspresi, kemudian akhirnya mendapat
hadiah keyboard electric dari titi (eyang ti)-nya membuatnya bisa eksplorasi
dengan berbagai nada. Belajar otodidak mencari nada nada dari lagu lagu yang
sering di dengarnya, akhirnya membuat Balqiz memiliki banyak perbendaharaan
lagu-lagu yang bisa dia mainkan.
Karena
ingin memperbaiki teknik bermain musiknya sekaligus supaya lebih terarah,
mulailah perjalanan hunting mencari tempat belajar bermusik. Berawal mencoba tempat
kursus yang berada di sekitar rumah, namun alih-alih memberi kesempatan
terlebih dahulu untuk menunjukkan kemampuan dasarnya, serta merta penolakan
yang diterima begitu melihat kondisi Balqiz yang “tunanetra”.
Beralih
mencoba mencarikan guru musik yang bisa datang ke rumah. Alhamdulillah sempat
ada dua guru yang mau dan bisa melatihnya, namun tidak panjang, guru pertama
karena kesibukan menyelesaikan kuliahnya, guru kedua karena pindah rumah dari wilayah
pondok gede. Terhenti akhirnya.
Hingga
pencarian berlabuh di Rumah Musik Larasati. Alhamdulillah Balqiz bisa diterima
menjadi siswa. Namun, surprise nya adalah giliran Balqiz yang tidak mau. Terbiasa
di tolak sana sini, jadinya begitu ada yang bersedia, Balqiz yang menolak.
Tidak memaksa, jadilah Balqiz tetap otodidak eksplore sendiri di rumah dengan fasilitas yang ada. Alhamdulillah cukup terbantu di sekolahnya saat itu (Rawinala) ada pelajaran musik, sehingga kemampuannya terasah dengan baik.
Tidak memaksa, jadilah Balqiz tetap otodidak eksplore sendiri di rumah dengan fasilitas yang ada. Alhamdulillah cukup terbantu di sekolahnya saat itu (Rawinala) ada pelajaran musik, sehingga kemampuannya terasah dengan baik.
Hingga
dua tahun lalu, Balqiz tidak lagi bersekolah di Rawinala karena melanjutkan ke
SLB A Negeri Pembina, Lebak Bulus maka terhentilah dia dari pelajaran musik. Kembali
mencoba membujuk Balqiz untuk mau berlatih kembali dengan bimbingan yang
terarah, akhirnya kami kembali ke Rumah Musik Larasati, hingga saat ini.
Tidak
terlalu muluk berharap, berlatih musik selain membantunya mengasah talenta yang
sudah dimiliki, juga sebagai terapi emosi bagi dirinya. Tanpa di suruh atau
diingatkan, setiap hari Balqiz pasti menyempatkan diri berlatih. Bahkan seringkali
jika dia terlihat merasa kesal, bad-mood, dengan sendirinya dia akan ngacir
segera menuju ke keyboardnya dan bermain sepuasnya.
Merasa
bersyukur juga bahwa tetangga kiri kanan tidak pernah melayangkan protes karena
‘kebisingan’ dengan suara permainan keyboard-nya yang ‘wow’. hehehehehe…. Nyadar
juga sih bundanya kalo kadang tetangga juga udah pengen teriak ‘berisiiiiiiiiiiiikkkk’
Semoga
bekal ini bisa bermanfaat bagi Balqiz di masa depannya nanti.