sebuah obrolan bunda hari ini dengan seorang sahabat cukup menggelitik hati bunda.
sahabat ; 'bla bla bla..... berarti bunda ngerti banget dong bagaimana balqiz!'
secara refleks bunda menjawab ; 'iya'
tapiiiiiiiiiiiiii,...........
setelah sesi ngobrol usai, bunda kemudian merenung.
benarkah bunda sangat mengerti balqiz? sehingga muncul lagi pertanyaan yang sudah pernah bunda lontarkan, seberapa jauh kita mengenal anak kita?
sisi egois sebagai seorang ibu, pasti spontan mengatakan ya 100% kenal bagaimana anak kita.
sisi realitas? 99%? 80% 40% atau bahkan hanya 3%?
akhirnya bunda sendiri tidak bisa meng-quarantee jika bunda mengenal 100% anak-anak bunda. paling poll.... 90%.
sebagai contoh,.. (1) melihat kesukaan balqiz dalam hal musik, sejak tahun lalu balqiz belajar musik dengan guru yang datang kerumah tetapi kemudian terputus karena sang guru pindah rumah dari sekitaran pondok gede ke daerah parung. sempat vakum akhirnya mencoba mencari cari tempat kursus musik yang berada disekitar pondok gede yang mana pada akhirnya hasilnya adalah nol besar. berkat rekomendasi dari salah satu sahabat bunda, akhirnya dapat juga guru musik yang bisa datang kerumah. namun apa yang terjadi..... balqiznya yang gak mau belajar, 2 kali kehadiran yang berakhir dengan gagal total.
saat itu yang ada dalam benak bunda, terjadi hanya karena kerewelan balqiz pada sebuah suasana yang baru, orang baru dan kepanikan balqiz yang memang seringkali muncul jika harus berhadapan dengan orang baru atau berada dalam situasi yang baru, hal ini dikarenakan balqiz memang masih belajar mengolah 'emosi' masih taraf belajar dalam 'memanaj dirinya'
hampir 2 bulan bunda baru bisa menemukan jawabannya
yaituuuuuu.... balqiz menyimak sebuah janji di salah satu tempat kursus yang sempat kita datangi, bahwa nanti baru di bulan agustus 2010 ada pembukaan kelas baru, sehingga nanti bulan agustus baru balqiz bisa ikut les musik disana. dan itu yang menjadi dasar dirinya menolak belajar musik dari guru yang datang kerumah. dan.........
point penting lainnya lagi adalah penemuan rasa 'iri balqiz' terhadap kakak alifah, karena setiap sore kakak alifah pasti pamit ke balqiz, 'dek, kakak TPA dulu ya' rupanya balqiz juga pengen dia punya sebuah aktifitas diluar rumah dimana dia bisa berpamitan dengan kakaknya, dia pengen bisa berkata 'kak, adik mo les musik ya'
contoh lain (2)
beberapa minggu yang lalu bunda dan balqiz diundang menghadiri sebuah event 'You Are Special' dari sebuah sekolah. sudah jauh jauh hari bunda memberikan segala informasi kepada balqiz tentang acara tersebut, terlebih lagi karena balqiz juga diminta untuk memainkan angklung. namun apa yang terjadi pada saatnya? balqiz mogok tidak mau bermain angklung padahal sudah berada diatas panggung. sempat diberi motivasi, pada akhirnya sempat juga memainkan sebuah lagu tetapi tidak penuh.
sudah seminggu berlalu barulah bunda tahu penyebabnya,... yang ada dalam konsep balqiz adalah, dia akan bermain angklung setelah 'bundanya berbicara memberikan testimoni'. namun yang terjadi di acara tersebut, karena waktunya tidak memungkinkan akhirnya bunda tidak jadi berbicara menyampaikan testimoni dan balqiz langsung diminta main angklung. balqiz hanya berkata 'bunda tidak berbicara balqiz tidak main angklung'.
jadi penyebab balqiz tidak mau bermain angklung bukan karena dia nervous atau demam panggung atau panik karena berada dalam sebuah ruangan yang baru dan penuh dengan hingar bingar,.... tetapi karena pada saat itu sebenarnya balqiz sedang menunggu 'bunda berbicara' barulah dia memulai bermain angklung.
masih banyak contoh2 lain yang membuat bunda semakin berpikir, seperti menata puzzle rasanya, menghubungkan satu potongan dengan potongan lainnya., hasil dari merangkai ocehan ocehan balqiz yang terkadang meloncat-loncat dari satu topik ke topik lainnya. sempat mengutuk diri sendiri sebenarnya,.... boleh dibilang kalo 24jam bunda bersama anak-anak tapiiiii kok masih juga 'tidak mengenal' anak-anak bunda.
sahabat ; 'bla bla bla..... berarti bunda ngerti banget dong bagaimana balqiz!'
secara refleks bunda menjawab ; 'iya'
tapiiiiiiiiiiiiii,...........
setelah sesi ngobrol usai, bunda kemudian merenung.
benarkah bunda sangat mengerti balqiz? sehingga muncul lagi pertanyaan yang sudah pernah bunda lontarkan, seberapa jauh kita mengenal anak kita?
sisi egois sebagai seorang ibu, pasti spontan mengatakan ya 100% kenal bagaimana anak kita.
sisi realitas? 99%? 80% 40% atau bahkan hanya 3%?
akhirnya bunda sendiri tidak bisa meng-quarantee jika bunda mengenal 100% anak-anak bunda. paling poll.... 90%.
sebagai contoh,.. (1) melihat kesukaan balqiz dalam hal musik, sejak tahun lalu balqiz belajar musik dengan guru yang datang kerumah tetapi kemudian terputus karena sang guru pindah rumah dari sekitaran pondok gede ke daerah parung. sempat vakum akhirnya mencoba mencari cari tempat kursus musik yang berada disekitar pondok gede yang mana pada akhirnya hasilnya adalah nol besar. berkat rekomendasi dari salah satu sahabat bunda, akhirnya dapat juga guru musik yang bisa datang kerumah. namun apa yang terjadi..... balqiznya yang gak mau belajar, 2 kali kehadiran yang berakhir dengan gagal total.
saat itu yang ada dalam benak bunda, terjadi hanya karena kerewelan balqiz pada sebuah suasana yang baru, orang baru dan kepanikan balqiz yang memang seringkali muncul jika harus berhadapan dengan orang baru atau berada dalam situasi yang baru, hal ini dikarenakan balqiz memang masih belajar mengolah 'emosi' masih taraf belajar dalam 'memanaj dirinya'
hampir 2 bulan bunda baru bisa menemukan jawabannya
yaituuuuuu.... balqiz menyimak sebuah janji di salah satu tempat kursus yang sempat kita datangi, bahwa nanti baru di bulan agustus 2010 ada pembukaan kelas baru, sehingga nanti bulan agustus baru balqiz bisa ikut les musik disana. dan itu yang menjadi dasar dirinya menolak belajar musik dari guru yang datang kerumah. dan.........
point penting lainnya lagi adalah penemuan rasa 'iri balqiz' terhadap kakak alifah, karena setiap sore kakak alifah pasti pamit ke balqiz, 'dek, kakak TPA dulu ya' rupanya balqiz juga pengen dia punya sebuah aktifitas diluar rumah dimana dia bisa berpamitan dengan kakaknya, dia pengen bisa berkata 'kak, adik mo les musik ya'
contoh lain (2)
beberapa minggu yang lalu bunda dan balqiz diundang menghadiri sebuah event 'You Are Special' dari sebuah sekolah. sudah jauh jauh hari bunda memberikan segala informasi kepada balqiz tentang acara tersebut, terlebih lagi karena balqiz juga diminta untuk memainkan angklung. namun apa yang terjadi pada saatnya? balqiz mogok tidak mau bermain angklung padahal sudah berada diatas panggung. sempat diberi motivasi, pada akhirnya sempat juga memainkan sebuah lagu tetapi tidak penuh.
sudah seminggu berlalu barulah bunda tahu penyebabnya,... yang ada dalam konsep balqiz adalah, dia akan bermain angklung setelah 'bundanya berbicara memberikan testimoni'. namun yang terjadi di acara tersebut, karena waktunya tidak memungkinkan akhirnya bunda tidak jadi berbicara menyampaikan testimoni dan balqiz langsung diminta main angklung. balqiz hanya berkata 'bunda tidak berbicara balqiz tidak main angklung'.
jadi penyebab balqiz tidak mau bermain angklung bukan karena dia nervous atau demam panggung atau panik karena berada dalam sebuah ruangan yang baru dan penuh dengan hingar bingar,.... tetapi karena pada saat itu sebenarnya balqiz sedang menunggu 'bunda berbicara' barulah dia memulai bermain angklung.
masih banyak contoh2 lain yang membuat bunda semakin berpikir, seperti menata puzzle rasanya, menghubungkan satu potongan dengan potongan lainnya., hasil dari merangkai ocehan ocehan balqiz yang terkadang meloncat-loncat dari satu topik ke topik lainnya. sempat mengutuk diri sendiri sebenarnya,.... boleh dibilang kalo 24jam bunda bersama anak-anak tapiiiii kok masih juga 'tidak mengenal' anak-anak bunda.
1 komentar:
bener bunda, rasanya kita dah mengenal anak sendiri, tapi ternyata tidak. Banyak hal yang tidak terduga..
Posting Komentar