Hal ini sudah beberapa kali bunda diskusikan dengan banyak sumber. mulai dari dr Rini Hersetyati, SpM dan dr. Sjakon G. Tahija,SpM di Klinik Mata Nusantara, sebagai dokter yang merawat mata balqiz, juga Prof Dr. Ong Sze Guan, dokter yang mengoperasi mata balqiz di Singapore, kemudian dengan para teman-teman para orangtua di sekolah, beberapa guru baik di rawinala maupun beberapa sekolah SLB lainnya. Juga dengan teman-teman saat kunjungan bunda ke Manila 2 bulan yang lalu. sempat juga mendiskusikan hal ini dengan Debbie Gleason dari Perkins, walaupun diskusi kita gak tuntas karena kita diskusi ditengah break acara kongres, tetapi dari banyak referensi tersebut, bisa disimpulkan;
bahwa rata-rata anak tunanetra/ blindness memiliki kebiasaan untuk menekan-nekan matanya. hal ini disebabkan karena "sensasi" yang ditimbulkan saat menekan-nekan mata.
ayo sebagai percobaan, kita coba untuk menekan mata kita, apa yang terjadi. yup!! ada pendar-pendar cahaya yang terkadang bentuk bulatan, klap-klap, seolah ada sinar dari berbagai penjuru atas bawah kiri kanan.
nah sensasi seperti itulah amat disukai oleh anak-anak tunanetra/ blindness. bunda sudah mencoba mencari tetapi belum menemukan literatur resmi (medis, riset, telaah, dll) yang membahas hal ini (ada yang bisa membantu?).
buat bunda sebuah kebiasaan yang jelek sebenarnya. kenapa? kan itu "hiburan" buat anak-anak tunanetra/ blindness!! karena, kebiasaan tersebut mempunyai sisi buruk. yakni karena terus-menerus mendapat "tekanan" pada matanya, menimbulkan perubahan pada konstruksi wajah terutama di bagian mata. terlebih mengingat kondisi tulang disekitar mata pada anak-anak dimasa pertumbuhan tersebut masih rawan/ muda. sehingga penekanan terus menerus akan berdampak buruk. beberapa anak ada yang cenderung hanya menekan satu sisi, mata sebelah kanan, atau sebelah kiri saja. tetapi ada juga yang menekan keduanya. dalam hal kasus balqiz, yang dia tekan adalah mata sebelah kanan.
cara yang bunda lakukan adalah menahan tangan balqiz jika sudah mulai mengarahkan tangannya/ jarinya ke arah mata kanannya. juga dengan perkatan "balqiz! tidak tekan mata" atau "balqiz! tidak colok mata". hanya saja tidak selalu berhasil!! tetap saja suka kecolongan. dan, hal ini sudah terlihat dampaknya, konstruksi tulang disekitar mata sebelah kanan balqiz lebih "dalam" dari mata sebelah kirinya. sehingga sudah mulai terlihat tidak balance antara keduanya. sebuah pe-er buat bunda agar bisa segera menghilangkan kebiasaan tersebut.
terkadang bunda gemas rasanya, ingin sekali menampik tangannya agak keras, tetapi suka gak tega..... karena konon tidak boleh juga "menyakiti". duh bingung kan.... ada saran kah bagaimana mengatasinya?
walaupun sebenarnya, balqiz sendiri kalo bunda atau pengasuhnya berteriak;
"balqiz!! tidak...." secara otomatis dia akan menimpali ".... colok mata" dan melepas jarinya yang menekan matanya. gak putus-putus bunda ber-dialog dengan balqiz tentang hal ini. namun entah apakah balqiz di usianya yang ke-3 ini sudah mengerti "dialog" tersebut?
dari obrolan dengan berbagai sumber, memang harus rajin untuk mengalihkan tangan/ jari pada saat si anak hendak melakukan penekanan pada matanya. bunda sendiri juga banyak mengamati hal tersebut terutama pada teman-teman balqiz di sekolah. memang terlihat bedanya. anak yang memiliki orangtua yang cukup "cerewet" dan concern tentang hal tersebut memang pada akhirnya bisa menghilangkan kebiasaan tersebut, kalaupun berdampak juga, hanyalah perubahan konstruksi wajah yang ringan. tetapi bagi anak-anak yang orangtuanya tidak terlalu "cerewet" ya memang akhirnya memiliki kerusakan konstruksi wajah dari sedang hingga parah.
dan dari pengamatan bunda pula, kegiatan "menekan" mata tersebut biasanya dilakukan jika anak tidak mempunyai aktifitas, misalkan pada saat dia menunggu, dan terutama pada saat anak merasa "tertekan", "grogi", "stress" atau berbagai macam rasa "ketidaknyamanan".
note;
tulisan ini hanyalah hasil proses pengamatan dan pembelajaran bunda semata. belum ada referensi/ literatur resmi yang menjadi dasarnya.
bahwa rata-rata anak tunanetra/ blindness memiliki kebiasaan untuk menekan-nekan matanya. hal ini disebabkan karena "sensasi" yang ditimbulkan saat menekan-nekan mata.
ayo sebagai percobaan, kita coba untuk menekan mata kita, apa yang terjadi. yup!! ada pendar-pendar cahaya yang terkadang bentuk bulatan, klap-klap, seolah ada sinar dari berbagai penjuru atas bawah kiri kanan.
nah sensasi seperti itulah amat disukai oleh anak-anak tunanetra/ blindness. bunda sudah mencoba mencari tetapi belum menemukan literatur resmi (medis, riset, telaah, dll) yang membahas hal ini (ada yang bisa membantu?).
buat bunda sebuah kebiasaan yang jelek sebenarnya. kenapa? kan itu "hiburan" buat anak-anak tunanetra/ blindness!! karena, kebiasaan tersebut mempunyai sisi buruk. yakni karena terus-menerus mendapat "tekanan" pada matanya, menimbulkan perubahan pada konstruksi wajah terutama di bagian mata. terlebih mengingat kondisi tulang disekitar mata pada anak-anak dimasa pertumbuhan tersebut masih rawan/ muda. sehingga penekanan terus menerus akan berdampak buruk. beberapa anak ada yang cenderung hanya menekan satu sisi, mata sebelah kanan, atau sebelah kiri saja. tetapi ada juga yang menekan keduanya. dalam hal kasus balqiz, yang dia tekan adalah mata sebelah kanan.
cara yang bunda lakukan adalah menahan tangan balqiz jika sudah mulai mengarahkan tangannya/ jarinya ke arah mata kanannya. juga dengan perkatan "balqiz! tidak tekan mata" atau "balqiz! tidak colok mata". hanya saja tidak selalu berhasil!! tetap saja suka kecolongan. dan, hal ini sudah terlihat dampaknya, konstruksi tulang disekitar mata sebelah kanan balqiz lebih "dalam" dari mata sebelah kirinya. sehingga sudah mulai terlihat tidak balance antara keduanya. sebuah pe-er buat bunda agar bisa segera menghilangkan kebiasaan tersebut.
terkadang bunda gemas rasanya, ingin sekali menampik tangannya agak keras, tetapi suka gak tega..... karena konon tidak boleh juga "menyakiti". duh bingung kan.... ada saran kah bagaimana mengatasinya?
walaupun sebenarnya, balqiz sendiri kalo bunda atau pengasuhnya berteriak;
"balqiz!! tidak...." secara otomatis dia akan menimpali ".... colok mata" dan melepas jarinya yang menekan matanya. gak putus-putus bunda ber-dialog dengan balqiz tentang hal ini. namun entah apakah balqiz di usianya yang ke-3 ini sudah mengerti "dialog" tersebut?
dari obrolan dengan berbagai sumber, memang harus rajin untuk mengalihkan tangan/ jari pada saat si anak hendak melakukan penekanan pada matanya. bunda sendiri juga banyak mengamati hal tersebut terutama pada teman-teman balqiz di sekolah. memang terlihat bedanya. anak yang memiliki orangtua yang cukup "cerewet" dan concern tentang hal tersebut memang pada akhirnya bisa menghilangkan kebiasaan tersebut, kalaupun berdampak juga, hanyalah perubahan konstruksi wajah yang ringan. tetapi bagi anak-anak yang orangtuanya tidak terlalu "cerewet" ya memang akhirnya memiliki kerusakan konstruksi wajah dari sedang hingga parah.
dan dari pengamatan bunda pula, kegiatan "menekan" mata tersebut biasanya dilakukan jika anak tidak mempunyai aktifitas, misalkan pada saat dia menunggu, dan terutama pada saat anak merasa "tertekan", "grogi", "stress" atau berbagai macam rasa "ketidaknyamanan".
note;
tulisan ini hanyalah hasil proses pengamatan dan pembelajaran bunda semata. belum ada referensi/ literatur resmi yang menjadi dasarnya.