Kode Braille diciptakan oleh Louis Braille di Paris tahun 1824 dan diakui sebagai media tulis bagi orang dengan hambatan penglihatan yang tidak memungkinkan membaca huruf awas (tulisan biasa) lagi. Seperti halnya penemuan di bidang lain, selalu ada pro kontra dan tidak mudah bagi semua menerima begitu saja. Termasuk Perkins School for the Blind sendiri, yang berdiri pada tahun 1829.
.
📝
Saat berdiri pertama kali, murid-murid di Perkins
menggunakan huruf timbul (huruf biasa yang dibuat timbul/ teraba), Perkins
seperti menolak Braille. Namun meskipun menolak, Perkins tetap mencoba dan
membandingkan mana yg lebih efektif , huruf timbul vs Braille. Pada akhirnya
usaha tersebut membuktikan bahwa penggunaan Braille lebih efektif bagi murid
dibandingkan dengan huruf timbul.
.
Dan akhirnya pada pertengahan tahun 1830-an, murid-murid Perkins menggunakan Barille. Berkembang hingga Perkins menciptakan mesin tik Braille yang eksis sampai saat ini. Terus berkembang hingga saat ini Perkins menciptakan berbagai model mesin tik Braille dengan teknologi dan penggunaan apps.
.
TETAPI apakah setelah adanya teknologi tersebut mereka
melupakan Braille yang ditulis manual?
.
TIDAK!
Karena ini dasar bagi anak tunanetra untuk penggunaan tehnologi yang lebih
canggih. Mungkin ada yang bilang, kan sudah ada screen reader ada “komputer
bicara” katanya, tapi ingat, hampir semua orang saat ini bekerja dengan
kompoter, laptop, smartphone tapi apakah kita melupakan TULISAN TANGAN? Tidak
pernah! Mengapa? Kita semua punya
jawaban sendiri-sendiri.
.
Saya tuliskan ini sebagai renungan bahwa anak-anak tunanetra
perlu belajar Braile, apapun kondisinya, hingga saat ini, kita tidak bisa lepas
dari tulisan tangan. Ini adalah perbandingan yang sepadan untuk melihat urgensi
belajar Braille
.
Jadi kalau anak kita di inklusi, bagaimana? Itu hak
mereka untuk mendapatkan akses Braille. Kan tidak semua buku juga bisa
ditimbulkan. Kita sebagai support system yang harus memberikan akomodasi pada
anak, yang harus menyesuaikan pada kebutuhan anak, bukan anak yang harus
menyesuaikan kita
.
Oleh sebab beberapa saat lalu, group orang tua menawarkan agar ada anggota yg belajar Braille
supaya nantinya dapat mengajarkan pada orang tua lainnya. Tujuannya semua orang tua di group ini yang
memiliki anak dengan penglihatan yang tidak mencukupi harus bisa Braille. Agar
bisa menjadi suara dari anak-anak.
.
Keterangan foto : alat tulis riglet di atas kertas bertulisan braille
.
Terima kasih
Penulis :
(artikel dicopy dari baby community)