Hari
ini setelah rapat dengan teman-teman di Yayasan, bersambung dengan sebuah
pertemuan dengan seorang ibu yang memiliki abk berusia 3tahun.
Diagnosa
ROP yang dialami masih menyisakan penglihatan yang cukup bagus. Kategori yang
dialami masuk pada low vision. Hasil assessment sederhana anak masih bisa
menangkap perbedaan warna yang mencolok, masih bisa membedakan terang dan
gelap, masih bisa melihat tulisan dengan modifikasi besaran dan ketebalan font.
Secara keseluruhan tumbangnya tidak ada masalah, masih berada dalam batas aman
grow chart.
Penerimaan
dari keluarga juga sudah bagus, sudah bisa legowo menerima kondisi anak dan
sudah mau juga membawanya untuk berinteraksi bersosialisasi dengan lingkungan
diluar rumah.
Namun
dari pertemuan terakhir masih ada yang mengganjal. Di usianya yang sudah
3tahun, makanan yang dimakannya masih berupa olahan bubur saring yang
seharusnya sudah bukan konsumsi anak di usianya.
Dari
hasil obrolan yang bertahap, anak tidak memiliki gangguan pada organ terkait
dengan proses mengunyah, menelan, dan juga tidak ada keluhan pada
pencernaannya. Bahkan tampak susunan gigi geliginya cukup bagus.
Sang
ibu mengatakan bahwa anak tidak bisa mengunyah, jika mengunyah selalu tersedak
dan akhirnya muntah. Alhasil anak mengkonsumsi makanan dengan cara diolah
menjadi bubur saring yang bisa langsung ditelan.
Serasa
dejavu,.. beberapa tahun silam pernah mendapatkan kasus yang sama juga.
Akhirnya
tanpa sebuah target tertentu, mengatur sebuah pertemuan saat makan siang di
sebuah mall. Ya. Hari ini.
Setelah
kami memesan makanan, mulailah sang ibu mengeluarkan perbekalan yang dibawa
untuk anaknya. Dan mulai menyuapinya. Sembari ngobrol santai, banyak hal yang
menjadi bahan obrolan kami. Intinya saya tidak memasang target apa-apa dan
tidak juga mengatakan apa rencana sebenarnya dari pertemuan ini.
Disaat
kita mulai makan, aku sengaja memilih duduk di sisi sebelah kanan sang anak.
“hai… tante juga makan lho… init ante makan salad.
Salad itu sayuran trus dikasih dressing mayones. Ini tante ada wortel, kentang,
buncis, eee kamu sudah belajar kan dari mama… wortel itu seperti apa. Naaaahh ini
dia wortel. Tika boleh pegang. Warnanya oranye” sambil aku berikan sepotong
wortel pada tangannya.
Sang
mama juga berkata, “iyaaaa ini makanan
Tika juga ada unsure wortelnya”
sembari aku makan, aku kemudian pegang tangan kanan Tika dan meletakkan di
rahang kiriku.
‘ini tante sedang makan, makan itu dengan
mengunyah. Mengunyah pakai gigi…. Naaaahhh terasa ya rahang tante bergerak
mengunyah. Gerakan ini yang namanya mengunyah’
Terlihat
sang anak tertarik dan memperhatikan apa yang teraba di tangannya, gerakan
mengunyah. Kemudian aku ambil tangan kirinya dan memalingkan wajah berhadapan
sehingga tika bisa leluasa memegang rahangku dan merasakan proses mengunyah.
Kemudian
aku berikan lagi sepotong wortel di tangannya dan aku peragakan bagaimana
proses aku menggigit wortel tersebut. Kembali Tika menunjukkan rasa
antusiasnya. Berlanjut pada proses menelan, aku juga membawa jemari tika
menempel pada tenggoroanku untuk dia bisa tahu.
Bersamaan
dengan itu tika juga mendapat suapan dari mamanya, segera aku bawa jemari tika
meraba tenggoroannya sendiri dan seketika dia bisa memahami bagaimana proses
menelan.
Akhirnya
aku coba menawarkan kepada tika untuk mencoba… walopun akhirnya dengan sedikit panik
sang ibu sempat mencegah
‘jangaaann.. nanti kesedak, bisa muntah’
Tapi
tanpa kita sadari juga, tangan tika dengan cepat mengambil sepotong buncis, dan
kemudian menggigitnya. Dan ternyata tika belajar dengan cepat mengunyah. Walaupun
hasil kunyahannya belum rata halus, sempat membuatnya sedikit tersedak namun
bisa diatasi dengan segera minum dan tidak ada drama muntah seperti yang
ditakutkan ibunya.
Sang
ibu hanya bisa terpana…
Dan
sebagai lanjutan aku yang sudah menyiapkan biscuit m*lna yang biasa dikonsumsi
bayi yang baru mengenal mpasi untuk dicoba makan oleh Tika. Biscuit yang mudah
lumer saat digigit.
Dan
taraaaaaaaaaaaa….. Tika berhasil menggigit dan mengunyah serta menelan tanpa
tersedak.
“Whuaaaaaaaaaaaa kok sama bunda bisa yaaaa…
kok sama aku selalu tersedak, jadi bertahun tahun aku buatin bubur saring seperti
ini, supaya gampang ditelan”
Soooo…. Menjadi sebuah catatan bahwa :
Terkadang anak bukannya tidak bisa namun
belum tahu caranya. namun karena sang orangtua sudah meletakkan label bahwa
anaknya tidak bisa.... yang terjadi adalah anak terus menerus dianggap tidak
bisa, hanya dengan sedikit modifikasi berkomunikasi,... ternyataaaaaa anaknya
bisa dan mampu