Sebuah
pembelajaran dalam kehidupan. Selama ini hanyalah sebuah ‘cerita’ saja kepada Balqiz mengenai banjir. Baik dalam menjelaskan
sebuah berita dari televisi, maupun materi mata pelajaran di sekolah. Sementara
kembali lagi bahwa proses pembelajaran bagi anak-anak dengan gangguan
penglihatan sebisa mungkin adalah sesuatu yang ‘real’.
Di
lingkungan rumah pun sebenarnya ada beberapa kali peristiwa banjir, namun
karena banjirnya hanya di jalanan depan rumah, dan belum ada moment kepepet
yang bisa menceburkan Balqiz ke dalam banjir, alhasil selama ini dia hanya tahu
banjir namun belum benar-benar mengetahui apa dan bagaimana banjir sebenarnya.
Bulan
Januari 2014 curah hujan sangat tinggi, ditambah dengan intensitas debit air di
waduk Katulampa yang cukup tinggi membuat kondisi harus siaga. Dan akhirnya kebagian
juga moment kena banjir. Air dari jalanan masuk ke garasi, teras rumah,
sementara air rembesan dari bawah memenuhi taman yang ada di tengah tengah
rumah, dan kamar mandi. Akhirnya kesampean juga punya kolam renang pribadi di
rumah :)
Banjir
yang pertama (senin, 13/1/2014)
membuat si kembar dan ayah gak bisa berangkat beraktifitas ke sekolah dan
kantor. Alhasil dirumah saja sembari deg-degan melihat debit air yang semakin
naik. Alhamdulillah jelang sore sudah mulai surut dan tinggal bebersih
lumpurnya yang ajib banget. Pfffuuuiiihhh.
Serangan
banjir ke-dua (minggu, 19/1/2014)
berlangsung di akhir pekan. Jadi ya memang lagi dirumah. Kembali deg-degan
sembari komat kamit aji aji mantera ‘surut’ ‘surut’ ‘surut’ 1000x #lebay
Banjir
yang ke-3 (selasa, 28/1/2014) yang
bikin kuatiran banget, karena saat berangkat antar sekolah Balqiz pukul 05.20
wib, jalanan di depan rumah sudah mulai tergenang, sementara berita tetangga
bahwa jalanan arah keluar komplek di depan mesjid sudah tidak bisa dilalui
mobil karena air sudah tinggi. Jadilah kita berangkat lewat jalanan ‘kampung’.
Saat
jelang pulang sekolah, dapat kabar kalau air sudah semakin naik, mobil sudah
gak bisa masuk ke dalam komplek. Alhasil mobil kembali parkir di moll depan
komplek dan kita masuk ke dalam lewat gang kecil nyusurin rumah penduduk. Salah
satu ujung gang kecil tersebut persis nimbus di samping rumah. Dan posisinya
memang lebih tinggi jadi gak kena banjir.
Taraaaaaaaaaaaaa…
tibalah di ujung gang, dan air sudah setinggi betis orang dewasa. Menuju rumah
mau gak mau harus masuk celupin kaki ke area banjir.
Balqiz
segera bunda minta buat lepas kaos kaki dan sepatunya. Awalnya dia ragu, karena
emang Balqiz gak suka bertelanjang kaki saat berada diluar ruangan. Tapi kemudian
bunda bilang kalo nanti diambilin sandalnya, dan balqiz boleh main banjir
selama 5 menit. Whuaaaaaaaa langsung wajahnya yang semula ragu-ragu jadi
sumringah dan tersenyum lebar. Tanpa ragu masuklah dia ke area banjir dan
berlari sana sini plus loncat mengarungi banjir sembari berteriak teriak girang :)
Bunda
sendiri langsung masuk ke rumah dan setelah buka kunci meletakkan segala macam
bawaan yang tergantung di pundak, dan menawarkan sandal kepada Balqiz.
Alhamdulillah, banjir hanya melambai lambai di garasi dan teras, walopuunnn
tinggal 1cm lagi air akan masuk ke dalam ruang tamu. Sementara di dalam rumah,
air sudah memenuhi lantai kamar mandi dan taman dalam rumah. Wesss ntar aja deh
pusing bersih-bersihnya, yang penting adalah melihat tawa lebar Balqiz yang
sedang ‘belajar tentang banjir’.