Rasanya sudah menjadi makanan sehari hari para orangtua yang memiliki Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) menghadapi kondisi tantrum anak. Berbagai hal bisa menjadi penyebab anak tantrum. Kondisi tantrum bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Tidak perduli apapun yang sedang terjadi di sekitar.
Kondisi tantrum biasanya karena ABK merasa ada sesuatu yang tidak nyaman, berada di sebuah lingkungan yang tidak ia kenali, merasa lapar atau mengantuk, atau ada sesuatu yang diinginkan namun karena keterbatasan komunikasi sehingga kesulitan untuk mengungkapkannya.
Bentuk bentuk dari tantrum juga bermacam macam. ada yang hanya menangis pelan, ada yang hanya merengek, namun tidak jarang juga ditemui ABK yang mengalami masa tantrum dengan berbagai tindakan yang cukup sulit dikendalikan. Misalnya menjambak rambutnya sendiri, membenturkan kepala ke tembok, memukul mukul kepalanya, memukul menendang segala sesuatu yang berada di dekatnya. Yang selalu menjadi kekuatiran para orangtua adalah jika berakibat melukai diri sendiri atau orang lain.
Dan, menghindari hal hal tersebut biasanya sang ibu-lah yang pasang badan, menjadi bumper, menyediakan badannya menjadi 'karung samsak'. Yang ada dalam pikiran para ibu adalah daripada anak melukai diri sendiri atau melukai orang lain, mending badan ibunya aja deh yang jadi sasaran.
Sehingga tidak heran jika yang terlihat pada sang ibu adalah bekas bekas memar akibat kena pukul, kena tendang, rontoknya rambut akibat dijambak, luka luka di tangan karena bekas gigitan. Bagi orang orang awam yang melihat, pastilah yang terbersit bahwa sang ibu ini mengalami KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Dan biasanya mata akan tertuju kepada 'sang suami' sebagai pelaku KDRT.
Karena faktor kedekatan dan faktor 'pasang badan' itulah biasanya yang bisa mengatasi bisa meredakan kondisi tantrum adalah sang ibu juga.
Pernah seorang sahabat memberikan saran, coba sang pengasuh diberi arahan juga bagaimana cara mengatasi tantrum sehingga tidak melulu aku yang menjadi korban "KDRT", seketika aku membantahnya, duh... daripada si mbak pengasuh jadi 'samsak' tetep aja mending aku, ibunya, yang menjadi bumper. salah salah bukannya sang pengasuh bisa belajar mengatasi anak tantrum, malah mengajukan permohonan resign @_@.
Namun, piawai menghadapi anak sendiri yang sedang tantrum, tidak berarti dan tidak menjamin bisa juga mengatasi ABK lain yang tantrum. pengalaman membuktikan! percayalah!
bekas gigitan