proses belajar mengajar ataupun bermain sekalipun, dengan seorang anak tunanetra sebenarnya tidak berbeda dengan anak "normal" atau disini bunda menyebutnya dengan anak yang "awas". mungkin yang sedikit membedakan adalah... jika anak yang awas, dia dengan segera bisa mengetahui "apa" yang sedang dipelajari atau "apa" yang sedang dimainkan. tidak dengan anak yang tunanetra.
dalam proses belajar mengajar dan bermain, sebisa mungkin dan sebaiknya kita menggunakan real object. benda benda yang sebenar-benarnya. tetapi disini pun terkadang banyak juga kendala yang dihadapi baik oleh pengajar juga oleh orangtua. karena terkadang kesulitan dengan "real object" yang akan dijadikan materi pelajaran atau permainanan. terlebih lagi jika sang anak, masih usia dini (balita). contoh, untuk bercerita tentang gajah misalnya... yang pastinya rada rada mustahil menghadirkan "sang gajah" di depan kelas atau dirumah. Jadi... "real object" pun merupakan tantangan tersendiri bagi guru maupun orangtua.
lantas bagaimana? kalo serba pesimis... gak juga bisa menghadirkan "real object" tentunya proses belajar mengajar dan bermain gak akan terrealisasi. jadi sang guru dan orangtua pun harus siap menjadi "doraemon yang mempunyai kantong ajaib". mengerahkan kreatifitas dan memberdayakan alat-alat bantu yang ada disekitar kita.
dibuatkan kotak cerita. kita bisa membuat cerita sendiri atau mengambil dari salah satu buku cerita anak yang tersedia. Dan alangkah baiknya lagi... jika buku cerita tersebut selain dalam huruf latin juga dalam huruf braille. (duh kapan ya bisa gampang dapetin buku keik begini di toko buku segede gr*m*di*?). cerita yang kita ambil kali ini adalah "mencuci sepatu"; untuk mengisi kotak cerita, kita siapkan sepatu, sikat, sabun, ember, air. teknik pelaksanaannya sambil bercerita sambil merabakan di tangan sang anak, alat-alat bantu "real object" yang terkandung didalam cerita dan juga memperagakan bagaimana seh proses mencuci sepatu itu?
diharapkan dalam kegiatan bercerita dengan alat bantu kotak cerita, dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan berbahasa dari anak, kemampuan binadiri, menajamkan dan memberdayakan fungsi panca indera lainnya, memancing minat eksplorasi dalam diri anak, meningkatkan kemampuan konsentrasi dari si anak, dan diharapkan juga bisa memotivasi menggugah kreatifitas guru dan orangtua dengan menyediakan alat bantu yang mur-mer (emak-emak banged kan!)
dalam proses belajar mengajar dan bermain, sebisa mungkin dan sebaiknya kita menggunakan real object. benda benda yang sebenar-benarnya. tetapi disini pun terkadang banyak juga kendala yang dihadapi baik oleh pengajar juga oleh orangtua. karena terkadang kesulitan dengan "real object" yang akan dijadikan materi pelajaran atau permainanan. terlebih lagi jika sang anak, masih usia dini (balita). contoh, untuk bercerita tentang gajah misalnya... yang pastinya rada rada mustahil menghadirkan "sang gajah" di depan kelas atau dirumah. Jadi... "real object" pun merupakan tantangan tersendiri bagi guru maupun orangtua.
lantas bagaimana? kalo serba pesimis... gak juga bisa menghadirkan "real object" tentunya proses belajar mengajar dan bermain gak akan terrealisasi. jadi sang guru dan orangtua pun harus siap menjadi "doraemon yang mempunyai kantong ajaib". mengerahkan kreatifitas dan memberdayakan alat-alat bantu yang ada disekitar kita.
dibuatkan kotak cerita. kita bisa membuat cerita sendiri atau mengambil dari salah satu buku cerita anak yang tersedia. Dan alangkah baiknya lagi... jika buku cerita tersebut selain dalam huruf latin juga dalam huruf braille. (duh kapan ya bisa gampang dapetin buku keik begini di toko buku segede gr*m*di*?). cerita yang kita ambil kali ini adalah "mencuci sepatu"; untuk mengisi kotak cerita, kita siapkan sepatu, sikat, sabun, ember, air. teknik pelaksanaannya sambil bercerita sambil merabakan di tangan sang anak, alat-alat bantu "real object" yang terkandung didalam cerita dan juga memperagakan bagaimana seh proses mencuci sepatu itu?
diharapkan dalam kegiatan bercerita dengan alat bantu kotak cerita, dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan berbahasa dari anak, kemampuan binadiri, menajamkan dan memberdayakan fungsi panca indera lainnya, memancing minat eksplorasi dalam diri anak, meningkatkan kemampuan konsentrasi dari si anak, dan diharapkan juga bisa memotivasi menggugah kreatifitas guru dan orangtua dengan menyediakan alat bantu yang mur-mer (emak-emak banged kan!)
tetapiiiiiiiiiiiiii....
itu secara teori!! terlihat mudah. namun... prakteknya.... banyak sekali kendala yang terjadi. mungkin bukan lagi masalah "real object" yang menjadi alat bantu cerita sebagai kendalanya. tetapi kendala yang tidak kalah memusingkan dan menguras energi plus emosi terkadang muncul dari diri sang anak.
perlu diingat tiap anak adalah karakter yang unik, sehingga tidak bisa menyamakan anak A dan anak B. anak A bisa duduk manis dengan tenang sehingga bisa proses belajar mengajar dan bermain berlangsung dengan mulus, lancar. anak B... untuk bisa menjaganya duduk 5 menit saja sudah merupakan sebuah perjuangan tersendiri. terlebih lagi tiap anak mempunyai "keistimewaan" yang berbeda.
sehingga bunda disini melihat... orangtua yang "mengetahui" bagaimana A-Z anaknya harus menjalin komunikasi dua arah dengan guru disekolah yang juga "mengetahui" bagaimana A-Z kondisi anak tersebut (disini bisa terjadi perbedaan persepsi). sehingga bisa ditemukan formula yang pas (keik rumus kimia aja!!) untuk "mengetahui" bagaimana menangani anak dengan yang "rasa nyaman"; tidak hanya nyaman bagi anak, tetapi nyaman juga bagi guru serta nyaman juga bagi orangtua. dalam hal ini bunda mengambil kasus menangani balqiz, balqiz akan lebih nyaman jika kita bisa berkomunikasi dengan dirinya sambil bersenandung/ bernyanyi.
sehingga dengan mengetahui bagaimana menghandle anak, kita bisa melakukan proses bercerita melalui kotak cerita dengan nyaman. dan tidak kalah pentingnya juga, mengetahui batasan kemampuan daya tangkap/ berpikir anak. bisa dimulai dari "sesuatu yang simple" dahulu. jadi bunda berkesimpulan sendiri, kotak cerita bisa saja isinya hanya 1 object. kotak cerita yang diambil misalkan adalah "aku mau mandi". dimana tidak terlalu banyak alat bantu yang diperlukan, hanya 1 object yakni "air". barulah kemudian meningkat dengan menambah jumlah object yang ingin diperkenalkan.
proses mengenalkan 1 object itupun tidak bisa hanya satu kali dilakukan. harus berkelanjutan/ continue. disinilah kesabaran yang amat sangat super tinggi diperlukan. tidak jarang walaupun sudah berulang kali dilakukan bersama, saat itu pula "proses belajar mengajar dan bermain" tersebut langsung terhapus dari memori anak.
Subhanallah atas kebesaran karunia Allah SWT dengan segala rahasiaNYA.
note :
- baca juga ya bunda@skul di blognya bunda
- pak sigid, tengkyu emailnya....