Selasa, 21 November 2017

Relawan/ Volunteer/ Pekerja Sosial



Whateverlah namanya
ada yang bertanya ke ibuk. Kok mau maunya sih terjun menjadi relawan mau repot menjadi pendamping, mau diribetin. Kok mau maunya juga harus kesana kemari ngurusin anak orang pulak, bukan anak sendiri. Masih kudu keluar duit sendiri karena gak ada lembaga yang menyokong untuk pengeluaran.

gak usah oranglain. orangtua/ mertua/ saudara sendiri pun seringkali gagal paham kenapa si ibuk ini mau maunya ngerjain beginian. Yang jelas, hanya teman teman relawan juga yang bisa memahami “kenapa mau”

kilas balik dahulu beberapa tahun silam, ada beberapa kejadian yang melatar belakangi perubahan pola pikir ibuk.

12tahun lalu saat berada di Singapore dimasa pengobatan Balqiz di KKH paska operasi laser ROP pada kedua matanya, kami dikunjungi oleh pekerja social yang ada di KKH. Apa yang menjadi kendala kami, apa yang kami rasakan, apa yang menjadi kegundahan hati, apa yang bisa mereka lakukan untuk membantu kami. Keberadaan pekerja social di KKH sangat membantu kami dalam banyak hal. Siap dihubungi kapan saja. Dan keberadaan mereka berbeda tugas dengan bagian Humas Pasien Internasional KKH.

Interaksi berikutnya saat itu ibuk sedang berada di ruang laktasi, masih di KKH. Berada di ruang laktasinya serasa takjub tak henti. Tempat yang nyaman, ada sofa, ada bed, kemudian ada berpuluh botol steril yang siap digunakan. Ada pompa asi elektrik. Dan yang tidak kalah serunya adalah perpustakaan mini yang terdapat banyak buku tentang asi, tentang perawatan bayi, dan tentang bayi premature. Awalnya jika bertemu dengan para ibu lain ya cuma senyum saja. Jujurnya sih sebab rasa minder karena asi yang berhasil ibuk perah tidak pernah dalam jumlah banyak. Pertemuan intens tidak bisa dielakkan. Dan akhirnya saling menyapa juga. Dan barulah paham bahwa adanya sebuah parent support grup yang mewadahi mereka. Secara berkala dan bergantian ibu ibu yang bayinya sudah lulus nicu datang dan memberikan support. Saling bercerita, nangis bareng, mendapatkan tips dan berbagai saran. Saling menjenguk bayi bayi di nicu. Adalah sebuah awal perkenalan ibuk atas sebuah komunitas dan parent support grup.

selang berlalu waktu, saat telah mendapatkan diagnosa kondisi balqiz, dimana mendapat banyak kesulitan dan kendala serta minimnya informasi yang sangat ibuk butuhkan dalam menstimulasi maupun bagaimana harus melatih balqiz yang tunanetra. 10-12 tahun lalu informasi lewat internet pun tidak sedahsyat seperti saat ini, dimana sudah sangat mudah memperoleh informasi terlepas dari hoax atau informasi valid.

Saat mendapatkan sebuah no kontak seseorang yang juga memiliki anak tunanetra serasa mendapatkan sebuah oase, ada yang bisa dituju untuk bertanya, namun ternyata respon yang ibuk dapatkan sangat jauh dari harapan.

Saat itu akhirnya terbersit dalam hati bahwa kelak, jika ada yang bertanya atau perlu support  tentang anak premature tentang anak abk tunanetra/ gangguan penglihatan, apa yang bisa ibuk bantu/ berikan akan ibu usahakan. Ibuk gak punya uang banyak tapi ibuk bisa bantu yang lain.  sebagai teman, ibuk bisa bantu sebagai pendamping, ibuk bisa bantu ditanya kapan saja.

jadi itulah titik awal langkah ibuk sebagai relawan atau apalah terserah disebut apa. Hanya berharap selalu diberikan kesehatan, tetap diberikan kerendahan hati dalam menjalani skenarioNYA ini. Dan berharap menjadi amal jariah ibuk kelak. Mohon doanya 











1 komentar:

Unknown mengatakan...

Aahh terharu ��
Jadi pengen kaya ibuk jg. Bisa bermanfaat buat orang lain terutama yg senasib dengan kita. Semoga Alloh selalu meridhoi ya buk. Aamiin