Jumat, 07 November 2014

baju terbalik

Pagi ini mendapat sebuah message dari seorang sahabat

“Bun, gimana ya caranya, ngatasin anakku supaya pakai bajunya gak terbalik? Duh aku iri liat acis sudah mandiri pakai baju dan gak pake terbalik-balik”

Hehehehehe….. psssstttt gak tau ajaaaaa kan, kalau bundanya ini masih suka ngomel liat acis yang pakai baju terbalik

gak tau ajaaaaa kan kalo aslinya si bunda juga gemes liat acis yang kadang udah tau bajunya terbalik tapi cuek ajaaaa easy going ngerasa gak perlu dibetulin lagi toh gak kemana-mana alias di rumah saja.

Untuk baju yang berkancing depan, cukup mudah menandainya, karena ada tanda posisi kancing bau yang ada di depan. Demikian juga dengan baju, celana jeans atau rok yang memiliki tanda ritsleting.
Yang agak kesulitan adalah kaos/ t-shirt, celana dalam, atau celana/ rok yang bagian depan belakangnya sulit dibedakan.

Untuk mempermudah bisa dengan menggunakan penanda label dari merek kaos/ t-shirt yang biasanya ada terletak di bagian sisi belakang. Namun tak jarang, bunda malah menggunting label tersebut jika dirasakan pinggiran dari label tersebut terasa tajam berakibat rasa gatal di leher apabila dikenakan.

Jadi sebagai penanda biasanya menggunakan pita kecil, atau kancing kecil yang dijahit di bagian belakang kaos atau apabila untuk celana dalam, dipasang di bagian sisi depan dari celana dalam.
Repot yaaaaaaaaaaaa….. hehehehe… kerepotannya setimpal kok dengan rasa ‘bangga’ saat melihat acis berhasil sukses memakai baju sendiri tanpa terbalik 





Senin, 03 November 2014

"LIAT" versi balqiz



buru buru note ini ditulis, biar gak lupa dan mumpung masih semangat nulis dan sebagai proses pembelajaran juga buat bunda.

seorang kerabat  terbelalak mendengar obrolan bunda dan acis,..

acis : ibuk,… semalam aku liat tikus gelantungan di teralis dapur
ibuk : oya? … trus acis ngapain? Tikusnya ditangkap tidak
acis : enggaklaaaaa, aku kan udah gede gak bisa ikutan gelantungan di teralis
ibuk : @#^*$)!($^&&%$$


A : heh… mim! Itu acis masih bisa ‘liat’ yaaaa
ibuk : gak,… kan udah dijelasin kalo acis buta total
A : lhaaaa…. Itu barusan dia cerita kalo ‘liat tikus gelantungan di teralis dapur’, masih ngkali dia bisa ‘liat’ samar-samar
Ibuk : yeeeeeeeee….. kok ngotot! Gak, acis itu buta total
A : heh @_@&$(@(!)*!~^^#!

“liat” versi acis adalah dengan cara mendengar, meraba, mencium, merasakan. Memaksimalkan indera lainnya.

Membantu anak dengan gangguan penglihatan, harus bisa melihat dari sisi si anak, bukan dari sisi orangtua. Ini yang terkadang terlupakan oleh orangtua, membungkus atas nama sayang tetapi yang sebenarnya adalah memunculkan keegoisan orangtua.

Menstimulasi fungsi indera perabaan, pendengaran, penciuman, perasa sehingga bisa dimaksimalkan untuk menggantikan indera penglihatannya. Dan proses stimulasi ini idealnya dilakukan sedini mungkin. Karena tidak serta merta anak-anak dengan gangguan penglihatan (selanjutnya saya menyebut dengan abk) ini piawai serta merta semua inderanya ‘tajam

Saat berkegiatan kita membiasakan diri untuk selalu melibatkan abk kita ini. Kita jelaskan secara detail apa yang kita lakukan dan apa yang ada di sekitar kita. Dan seperti yang sudah pernah bunda sampaikan bahwa, anak anak kita bak spon yang menyerap segala sesuatunya dan pada waktunya nanti akan dikeluarkan di saat yang tepat.

Sebagai contoh, di sini bunda berikan ilustrasikan mandi. Kegiatan mandi adalah sebuah kegiatan yang biasanya disukai anak anak, karena bermain air.

“yukkk acis, sudah sore, kita mandi ya nak” sebuah ajakan kepada anak, sambil memeluknya dan kemudian membantu membuka baju

“nah, kita buka baju dulu ya. Bajunya sudah kotor, yuk kita letakkan dulu ke keranjang ya” kegiatan dilakukan sambil membuka baju dan kemudian berlanjut anak diajak untuk meletakkan di keranjang pakaian kotor.

“waaahhh suara air ya cis” kegiatan dilakukan sambil membuka keran air dengan meletakkan tangan anak pada keran air dan merabakan secara keseluruhan pada keran tersebut sehingga anak punya gambaran bentuk keran air seperti apa. Walaupun belum kuat untuk memutar, anak mengetahui bahwa suara air berasal dari keran, dan bentuk keran air itu seperti apa.

‘nah, ini gayung yaaa, untuk mandi” anak ditunjukkan gayung dan kembali dirabakan kemudian dipergunakan untuk mandi

“mandi itu biar bersih kita pakai sabun… hmmm licin ya, tapi harum lhooo wangi sabun. Sabun itu kita sapukan ke badan ya nak… biar bersih menghilangkan keringat dan kotor… aaaa tadi kan kita sudah main, sudah jalan-jalan, badan jadi keringatan dan kotor” sambil berkegiatan, sambil anak dikenalkan sabun, wanginya, merasakan licinnya. Demikian juga untuk mengenalkan shampoo.

“sudah selesai…. Kita keringkan badan dulu yaaa dengan handuk. Hmmm handuknya lebar yaaa nak. Hehehehe… kenapa? Handuk itu untuk mengeringkan badan, dan agak kasar teksturnya” sambil merabakan kepada tekstur handuk yang biasanya agak lebih kasar dari kain biasa.

Jika terbiasa menggunakan bedak, atau lotion, tetap berproses sambil diinformasikan secara detail.

“biar cantik dan rapi, acis rambutnya disisir dulu yaaaa” sambil di rabakan sisir sekaligus disampaikan fungsi dari sisir adalah untuk menyisir rambut.

Semoga ilustrasi diatas bisa menjadi telaah dan proses pembelajaran.

Hehehehe….. pasti akan ada yang langsung berteriak, gak sempat bundaaa…. Mepet waktunya, repot, harus ina inu ini itu. Ya harus diakui memang, proses pembelajaran bersama abk kita membutuhkan waktu yang ‘lebih lama’.

Apalagi,… satu proses itu tidak hanya 1x saja dilakukan, tetapi berulang kali, ribuan kali harus diulang dan dijalani.
Repot? Ya.
Capek? Ya.
Butuh waktu? Ya.
Ribet? Ya.


 Tapi bisa dilakukan dan, harus dilakukan karena demikianlah cara abk kita belajar :)