Sabtu, 13 Februari 2010

grow up!

hmmmmmm apa ya bahasa indonesianya, dewasa? tumbuh? yang jelas bunda bingung mau memberi istilah apa pada 'subjek' tulisan bunda kali ini.

tulisan bunda kali ini berkaitan dengan kehadiran bunda kemarin sore di acara Parent Support Group (PSG) pada sebuah lembaga LSM yang sangat concern akan pendidikan bagi anak anak tunanetra. tema yang diambil kemaren sore sebenarnya bagus, yakni 'persiapan anak tunanetra memasuki sekolah inklusi'. dan sejak awal mengetahui ada acara ini bunda dengan semangat berniat untuk hadir. sempat menghubungi beberapa teman orangtua ABK lainnya juga untuk bisa hadir bersama pada kegiatan tersebut.

walau agak sedikit terlambat sampai di tempat, tetapi masih 'nyambung' dengan apa yang menjadi topik obrolan pada saat itu.

menarik memang, beberapa kendala yang sedang dihadapi oleh orangtua dalam mempersiapkan segala sesuatu agar sang anak bisa memasuki sekolah inklusi dengan baik. pembahasan dari pemilihan sekolah, lingkungan, GPK (Guru Pendamping Kelas), cara belajar anak, hingga tata laksana ujian dibahas bersama. dan cukup banyak ilmu yang bisa bunda serap dari pengalaman para orangtua lainnya yang anaknya telah lebih dahulu memasuki sekolah inklusi.

setelah sesi tersebut, dibuka sesi 'sharing'. mendengar penuturan dan pertanyaan2 dari para orangtua,....

kok bunda merasa menyayangkan masih ada juga problem-problem klasik yang muncul..... dan rasanya dan menurut bunda, seharusnya mereka sudah tidak mengalami kendala-kendala tersebut. mengingat...... usia anak-anak mereka sudah jauh lebih tua dari usia balqiz. dimana ada yang sudah kelas 6 sd, bahkan ada yang sudah sma.

apa seh problem klasik mereka?
satu, mereka masih menanyakan bagaimana menangani 'emosi' anak-anak mereka. mendengar masalah itu, bunda dan kedua teman lainnya yang juga berasal dari sekolah yang sama seketika berpandangan dan mengerutkan kening,..... kenapa bisa begitu? sebagai perbandingan, usia balqiz yang 4 tahun saja, sudah mulai bisa 'memanaj emosi', demikian juga dengan rachel yang berusia 6 tahun dan si kembar lina kezia diusianya yang ke-9. mereka sudah mulai mengerti apa yang benar apa yang salah, apa yang tidak boleh dilakukan, dan mengenal 'hukuman' sebagai konsekwensi perbuatan mereka.

dua, ada orangtua yang masih bingung bagaimana harus 'memperlakukan anaknya' dirumah. hingga usia pra-remaja sang anak masih berada dalam 'program spa'. program spa adalah program dimana segala sesuatu keperluan anak masih dilayani (seperti orang sedang spa). bahkan untuk mencuci piring saja sang anak belum bisa,.. kembali menjadi perbandingan, balqiz dan alifah sudah bisa mencuci piring sendiri. bahkan.... anak-anak tunaganda yang ada di rawinala bisa melakukan hal tersebut.intinya masih banyak orangtua yang kebingungan memandirikan anak. sehingga ada yang meminta LSM membuat sebuah kegiatan dimana para orangtua tersebut bisa melihat bagaimana para tunanetra dewasa beraktifitas dirumah ????? jujur bunda tidak tertarik dengan kegiatan tersebut. sebenarnya jawabannya adalah mudah, sudahkah para orangtua itu membiarkan anaknya melakukan segala sesuatunya sendiri? jika jawabannya belum... ya segera lakukan....

tiga, masih ada orangtua yang mempunyai 'feeling guilty' akan kondisi anak-anak mereka.

menurut pemikiran bunda, rasanya mereka, para orangtua tersebut seharusnya sudah tidak lagi memiliki kesulitan atau kebingungan tersebut, mengingat istilahnya 'jam terbang' mereka sudah lebih lama dalam hal mengikuti tumbuh kembang anak-anak mereka. menurut bunda seharusnya mereka sudah berproses 'grow up', dewasa dan matang dan sudah tidak lagi berkutat dengan masalah tersebut,......

jika para orangtua tidak berproses, bagaimana mereka bisa mengharapkan anak-anak mereka bisa berproses?

masih tetap semangat untuk bisa menghadiri pertemuan pertemuan seperti ini, masih banyak manfaat dan ilmu yang bunda bisa diperolah, hanya berharap dikemudian hari para orangtua lebih bisa bersemangat dan berproses maju untuk masa depan yang lebih baik bagi anak anak ABK, terutama bagi anak anak tunanetra. bukan berarti bunda menulis hal ini karena bunda sudah 'expert'.... tidak!!! bunda pun masih dalam perjalanan berproses,...

Senin, 08 Februari 2010

cerdik part-2

rasanya tiada hari tanpa terlewati dengan kecerdikan balqiz. beriring dengan bertambahnya umur, beriring pula dengan proses tumbuh kembangnya, dan semakin baiknya 'manajemen diri' balqiz. bermunculan berbagai 'kecerdikan dan talenta balqiz. Insya Allah ya mata hatinya lebih terasah dan semakin terang, tajam...

adalah si rizky, anak dari mbak imah sang asisten dirumah yang sedang senangnya belajar berjalan, kebetulan sepatu yang dipakai oleh rizky adalah model sepatu yang bisa berbunyi "cit cit cit...." dan.............

bukan balqiz namanya jika dia tidak tertarik akan sesuatu yang berbunyi,


segera saja dia mencari tahu asal muasal bunyi. dan setelah tahu, balqiz pengen sepatunya juga bisa berbunyi.bunda sudah menjelaskan jika buat ukuran sepatu yang dipaka balqiz sudah tidak ada lagi model seperti itu, karena model itu untuk adek bayi yang sedang belajar berjalan'. tidak kurang akal, pokoknya balqiz harus bisa punya sepatu seperti itu!!!!!! *keukeuh sereukeh-nya muncul* hehehehehehehe,....

akhirnya diambilnya mainan bebek-bebekan dari plastik dan diletakkan ke dalam sepatunya setelah itu barulah sepatu diinjak,..... dengan sukses sang sepatu berbunyi 'cit cit cit'



horeeeeeeeeeeeee.....