Jumat, 28 Agustus 2009

balqiz@busway

hari ini kegiatan sekolah balqiz adalah OM (Orientasi Mobilitas) dengan menggunakan busway. sudah terbayang dalam benak bahwa balqiz pasti akan senang sekali. mengingat saat kita mencoba naik kereta listrik bulan lalu pun balqiz senang sekali menjalaninya. dan sebenarnya dalam hal ini bukan hanya balqiz saja yang 'belajar' tetapi bunda pun juga menjalani sebuah proses pembelajaran.

saat hendak berangkat, terlihat balqiz agak panik. menaiki mobil sekolah, balqiz tidak mau duduk menghadap depan. maunya duduk dipangku dan menghadap ke pelukan ibu gurunya, ibu rini. sebuah sikap balqiz jika dia merasa 'tidak aman' atau 'tidak nyaman' atau berada 'disebuah lingkungan baru'. dan otomatis dia selalu minta digendong, tidak mau berjalan sendiri.

bunda dan balqiz memang masih harus belajar dan berusaha keras menghadapi 'kepanikan' balqiz jika berada dalam situasi yang baru.

perjalanan menuju kampung rambutan agak tersendat lalulintas yang agak padat. balqiz sudah mulai agak tenang dan mau ngobrol. demikian juga teman-teman balqiz yang lain. ada aqif, raihan, dan michael yang masing-masing didampingi oleh ibu guru.

sesampai di halte busway kampung rambutan, tiap anak belajar membeli tiket dan bersamaan ada bis yang merapat di halte sehingga kita bisa segera masuk. tidak terlalu banyak penumpangnya, sehingga kita semua bisa duduk. oya, balqiz tidak tahu kalau bunda juga ikut serta dalam rombongan. jadi memang sudah menjadi perjanjian bunda dengan ibu gurunya bahwa bunda boleh ikut tetapi balqiz tidak boleh tahu. oke!!! no problem kok.

ada sebuah proses pembelajaran juga buat bunda. bukan semata hanya karena ingin mendokumentasikankan kegiatan balqiz saja. tetapi bunda juga 'menata hati' bahwa satu hari nanti balqiz akan benar-benar bepergian sendirian tanpa bunda. dan satu lagi yang penting adalah 'uji mental'.

kuatkah mental bunda!!!!! bunda memposisikan bahwa bunda berada di luar rombongan, sehingga bunda bisa leluasa juga melihat bagaimana reaksi 'masyarakat' akan keberadaan balqiz.

hasilnya???
satu dua pasang mata memandang takjub dan tertarik dengan keberadaan balqiz beserta teman-temannya. takjub disini dalam artian apresiasi yang positif. tetapiiiiiiiiiiiiii...... terdapat juga satu dua tiga empat lima,...... mata memandang dengan 'belas kasihan' bahkan terucap langsung dari mulut seorang ibu paro baya yang kebetulan duduk disebelah bunda sehingga bunda bisa mendengar dengan jelas; 'kasihan!' desis beliau.

alhamdulillah,... bunda bisa tersenyum dan mengikhlaskan hati mendengarnya. tidak mudah sahabat. berattttttttttt dan sedih rasanya. tetapi inilah uji mental.

sepanjang perjalanan menuju arah kampung melayu, balqiz dan teman-teman terlihat cukup menikmati perjalanan. michael sempat mencoba untuk berdiri di dalam bis sehingga dia bisa merasakan badannya bergoyang goyang mengikuti entakan bis. senyumnya langsung tersungging dibibirnya. sementara raihan dan aqif asyik menikmati snacknya,..... hehehehehe bikin ngiler yang pada puasa dong ya!!!

sesampai di terminal kampung melayu, kita semua turun dan sambil menunggu bis, balqiz dan teman-teman kemudian membeli air minum dalam botol yang dijual di mesin. tidak seperti yang pernah bunda jumpai saat bepergian keluar negeri dimana mesin penjual minuman menggunakan koin. mesin yang ada ini menggunakan voucher. jadi membeli dulu voucher dipetugas yang menunggu mesin barulah kita menggunakan voucher tersebut buat memilih minuman yang kita inginkan. lucu juga hehehehe,..

dalam perjalanan kembali dari kampung melayu menuju kampung rambutan, terlihat kelelahan di wajah anak-anak. agif dengan mudahnya langsung tertidur. sementara itu balqiz masih terus dibujuk untuk bisa duduk menghadap ke depan. akhirnya setelah dirayu rayu, mau juga duduk menyamping dan menghadapkan wajahnya ke depan. rupanya kantuk juga sudah menyapa balqiz,.. sempat terucap dari balqiz minta ijin ke ibu rini buat tidur 5 menit. lucu juga mendengarnya. pada akhirnya memang balqiz tertidur juga hingga sampai di terminal kampung rambutan. sementara raihan dan michael masih menikmati perjalanannya bahkan sempat bercanda dan merasakan bagaimana rasanya berdiri di dalam bis.

kembali menuju sekolah, balqiz sudah segar kembali dan terdengar lagi ocehannya yang menceritakan bahwa dia baru saja naik busway.

pelajaran hari ini;
balqiz
- masih harus belajar mengalahkan rasa panik berada ditempat baru & situasi yang ramai
- berkaitan dg diatas belajar untuk menumbuhkan rasa percaya diri
- belajar percaya kepada orang lain selain bunda dan pengasuhnya

bunda
- menguatkan mental bahwa satu masa nanti balqiz akan terjun bermasyarakat tanpa pengawasan bunda

sekolah
- menjadwalkan secara kontinue kegiatan seperti ini

masyarakat
- ABK tidak untuk dikasihani, tetapi diberi kesempatan yang sama dalam bermasyarakat

operator busway/ transjakarta
- melatih kembali pengemudi agar bisa benar-benar merapatkan posisi badan bis pada halte yang disinggahi tidak hanya sekedar berhenti.


Jumat, 21 Agustus 2009

pra-braille


keinginan para orangtua ABK tunanetra pastinya anaknya bisa segera menguasai braille sehingga bisa memudahkan sang anak untuk membaca menulis. sebenarnya bukan sesuatu yang muluk, hanyalah sebuah keinginan yang wajar dikarenakan memang braille lah sarana baca tulis bagi sang anak.



namun menuju fasih braille ada tahapan-tahapan yang harus dilalui anak, dan ini terkadang membuat orangtua merasa kok lama banget seh baru anakku diajarin braille. kok sudah sekian tahun anakku sekolah belum juga diajarin braille. atau yang ekstrim lagi,.. anak baru masuk sekolah, sang orangtua langsung meminta anak diajarin braille.

kembali mengingatkan bahwa 'mata' bagi penyandang tunanetra adalah; jemarinya, telinganya, hidungnya, keseluruhan indera selain mata adalah 'mata' bagi tunanetra. untuk mempelajari braille utama sekali adalah jemarinya.

disinilah sensitifitas jemari yang harus diasah. proses 'men-sensitifkan' jemari inilah yang membuat para orangtua seringkali tidak sabar, bahkan seringkali secara tidak langsung, secara tidak sadar 'membutakan' juga rasa sensitifnya.

kenapa bunda katakan orangtua malah secara tidak langsung secara tidak sadar 'membutakan' rasa sensitif jemari anaknya yang seharusnya menjadi 'mata'???? ini kembali lagi kepada proses 'menata hati' orangtuanya lagi.

orangtua sering kali tidak tega atau bahkan melarang sang anak 'meng-eksplore' jemarinya dengan melarang sang anak menyentuh berbagai benda, terlalu 'membantu' kepentingan sang anak sehingga pada akhirnya sang anak jarang sekali menggunakan 'jemarinya' untuk berkegiatan dan mengeksplore berbagai benda. nah yang demikian itu apakah tidaklah sebuah proses 'membutakan' juga rasa sensitifitas dan 'fungsi' dari jemarinya. tanpa disadari orangtua lebih senang mengambil alih fungsi jemari/ tangan sang anak.

contoh;
orangtua lebih senang langsung mengupaskan buah pisang dan kemudian menyuapkan kepada anak. sementara itu dalam mengupas buah pisang hingga memakannya ada sebuah tahapan yang 'penting'. dimana dalam proses tersebut seharusnya anak mengetahui bentuk buah pisang, anak mengetahui tekstur kulit buah pisang, anak mengetahui bagaimana caranya mengupas buah pisang, anak mengetahui tekstur dari isi buah pisang, anak mengetahui cara memakan buah pisang tersebut.

sepele sepertinya tetapi banyak proses pembelajaran di dalamnya.

jadi tahapan pra-braille bagi anak-anak penyandang tunanetra adalah mengasah rasa sensitifitas dan fungsi dari jemarinya dahulu. anak bisa mengenali benda apa yang sedang diraba, dipegang, bisa merasakan tekstur dari benda benda yang sedang dipegang.

barulah setelah mengasah 'mata', anak bisa memulai tahapan pengenalan huruf huruf braille. dan yang tidak kalah penting lagi adalah orangtuanya dahulu yang harus belajar mengenal dan menguasai braille.